Sunday, January 24, 2021
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Sakinah
    • Pranikah
  • Ayah Bunda
    • Tumbuh Kembang
    • Parenting
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Kecantikan
    • Komunitas
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Nasional
    • Foto News
    • Dunia
    • Palestina
    • Sekolah
    • Ekonomi
    • Opini
    • Editorial
    • Info Bisnis
    • Event
  • Khazanah
    • Ustadzah
    • Quran Hadits
    • Kisah
    • Nasihat
  • Konsultasi
    • Arsitektur
    • Kesehatan
    • Syariah
  • Galeri
    • Foto
    • Video
    • Komik
    • Market
  • Oase
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Sakinah
    • Pranikah
  • Ayah Bunda
    • Tumbuh Kembang
    • Parenting
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Kecantikan
    • Komunitas
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Nasional
    • Foto News
    • Dunia
    • Palestina
    • Sekolah
    • Ekonomi
    • Opini
    • Editorial
    • Info Bisnis
    • Event
  • Khazanah
    • Ustadzah
    • Quran Hadits
    • Kisah
    • Nasihat
  • Konsultasi
    • Arsitektur
    • Kesehatan
    • Syariah
  • Galeri
    • Foto
    • Video
    • Komik
    • Market
  • Oase
No Result
View All Result
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Editorial

Kelakuan Orang Betawi

December 3, 2020
in Editorial
0
0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegramLinkedin

ChanelMuslim.com- Meski sudah 75 tahun Indonesia merdeka, kesepahaman tentang kebhinekaan antar suku bangsa kadang masih belum selesai. Tidak bisa orang Betawi dipaksa seperti Solo. Dan orang Solo pun tidak bisa dipaksa layaknya Betawi. Begitu pun dengan suku-suku yang lain. Masing-masing punya kekhasannya.

Mengakui kebhinekaan berarti juga memahami perbedaan masing-masing suku, agama, dan ras. Untuk urusan suku, boleh jadi, Betawi paling disorot. Mungkin hal itu wajar. Betawi merupakan tuan rumah dari ibu kota Jakarta, pusat dari pemerintahan Indonesia. Suku mana pun yang datang ke Jakarta, pasti akan bersentuhan dengan Betawi.

ArtikelTerkait

Perawat Kucing di Masjid Al-Aqsha Meninggal karena Covid-19

Optimisme di Tahun Baru

Covid Kuat karena Kita Lemah

Load More

Sayangnya, belum semua suku yang datang ke Jakarta, memahami betul karakteristik Betawi. Hal inilah yang kadang menimbulkan kesalahpahaman. Bahkan, bisa terjadi gesekan.

Ada contoh menarik. Seorang pria Betawi ingin melamar gadis yang orang tuanya asli Solo. Sepasang pemuda pemudi ini sudah sepakat untuk membangun mahligai rumah tangga. Datanglah pria Betawi ini ke rumah calon istrinya untuk melamar. Ia datang ditemani sanak kerabatnya.

Orang tua Solo ini begitu ramah menerima kedatangan tamu agung mereka. Sang tamu dipersilakan masuk, dipersilakan duduk di ruang tamu, dan tak lama kemudian disuguhi minum dan kue.

Konflik pun mulai terasa. Sang tamu kurang memahami tradisi Solo, dan tuan rumah pun jarang bergaul dengan gaya Betawi. Setelah suguhan itu diletakkan di meja, tanpa menunggu aba-aba, para tamu itu termasuk calon mempelai pria langsung saja minum dan makan apa yang ada di meja. Padahal, tuan rumah belum mempersilakan mereka untuk memulai.

Entah karena haus atau lapar, hanya dalam waktu hitungan menit, semua yang ada di meja nyaris bures alias habis tanpa sisa. Menariknya, sedikit pun tak ada ekspresi malu atau merasa bersalah dari para tamu. Mereka cuma bilang, alhamdulillah!

Apa yang terjadi kemudian? Beberapa hari setelah kunjungan itu, pihak dari tuan rumah mengabarkan kalau lamaran pria Betawi itu ditolak mentah-mentah. Mereka menilai tata krama calon menantu dan keluarganya itu kurang patut. Kalau belum kenal saja sudah begitu tidak sopan, gimana kalau sudah jadi menantu.

Sebenarnya, tidak ada yang patut disalahkan dari contoh kasus ini. Permasalahannya begitu sederhana. Yaitu, keduanya belum mengenal kekhasan satu sama lain. Sesuatu yang biasa menurut Betawi, boleh jadi, sangat luar biasa untuk orang Solo. Dan begitu pun sebaliknya.

Betawi Punya Gaye

Sekilas untuk mereka yang baru mengenal suku Betawi, akan menilai orang Betawi kurang sopan, urakan, kasar, dan lainnya. Karena itu, tak ada salahnya memahami Betawi lebih dahulu sebelum berinteraksi dengan warga Jakarta. Apalagi memimpin orang-orang Betawi.

Dalam sejarah masyarakat Betawi, bisa dibilang tidak ada kerajaan yang menguasai wilayah itu. Karena Jakarta sudah menjadi pusat kekuasaan kompeni Belanda sejak ratusan tahun lalu. Selain itu, Jakarta juga sebagai pusat perdagangan karena wilayahnya yang berada di pusat Pelabuhan Indonesia. Interaksi antar jenis manusia pun sudah berlangsung lama. Ada Eropa, Cina, Arab, Melayu, dan lainnya.

Hal itulah yang mempengaruhi tradisi orang Betawi. Antara lain soal bahasa. Dalam bahasa Betawi, mungkin tidak dikenal strata, atau bahasa halus dan bahasa umum. Jarang ditemui seorang anak Betawi mengucapkan kata yang berarti kamu kepada temannya, berbeda ketika ia mengucapkan arti yang sama kepada orang tuanya. Jadi, ucapan yang berarti kamu dengan teman, sama saja dengan yang diucapkan ke orang tuanya. Sama-sama diucapkan ‘elu’: “Elu sih Be, teledor. Nabrak dah tu motor.”

Yang menunjukkan kesopanan dari bahasa Betawi umumnya dengan menambahkan satu kata tambahan. Misalnya kepada kakak laki-laki ditambahkan, Bang. Untuk kakak perempuan ditambahkan kata Mpok. Untuk orang tua ditambahkan kata Nyak atau Babe. Tapi kata gantinya nyaris sama: elu, gue, die.

Bahasa Betawi menunjukkan hal yang simpel, to the point, dan biasanya diucapkan dengan intonasi keras. Jarang sekali orang Betawi berbicara dengan pelan. Jangan heran jika di sebuah rumah terjadi seperti perdebatan keras dan ramai, padahal jika ditelusuri hanya obrolan tiga orang.

Sebegitu simpelnya, orang Betawi tidak cocok dengan istilah atau kata yang panjang dan jelimet. Secara alami, semua yang panjang dan jelimet itu akan disingkat dan menjadi kata tersendiri. Termasuk dengan nama orang.

Seseorang yang bernama Muhammad biasanya dipanggil Mamat, Julaiha menjadi Leha, Bahruddin dipanggil Udin, Rodhiya menjadi Rorod, dan seterusnya.

Orang Betawi tidak suka basa-basi. Kalau tidak suka dengan seseorang, ia tidak tersenyum ketika di hadapan orang itu. Siapa pun orang yang tidak disukai itu. Jadi, hampir tidak dikenal di masyarakat Betawi ada kebiasaan di depan lain, di belakang beda lagi. Orang Betawi begitu konsisten: di depan begitu, di belakang juga tetap begitu.

Orang Betawi sangat egaliter. Hal ini wajar karena dalam sejarahnya, masyarakat Betawi nyaris tidak mengalami sebuah pemerintahan kerajaan. Yang dialami mereka hanya ada penguasa penjajah.

Hal inilah yang menjadikan orang Betawi tidak terbiasa dengan prosedur atau protokol. Jadi, jangan heran jika ada tamu Betawi datang ke rumah Anda dengan ucapan Salamu ‘alaikum dengan keras, ternyata ia sudah ada di depan kamar Anda. Terus sang tamu bilang, “Eh, ada orangnye. Kirain pada kemane, sepi banget.”

Bagi orang Betawi, hal itu bukan menunjukkan ketidaksopanan. Sebaliknya, menunjukkan keakraban dan persaudaraan. Dan kalau disediakan suguhan makan dan minum, ia tidak perlu menunggu aba-aba tuan rumah. Karena menurutnya, suguhan yang sudah disediakan berarti dipersilakan.

Tidak terbiasa dengan prosedur ini pula yang mengesankan orang Betawi seperti susah diatur. Jangankan aturan jelimet seperti protokol perusahaan atau pemerintahan, dengan orang tua pun aturan protokolnya nyaris tidak ada.

Jangan heran jika melihat orang Betawi, ada anaknya yang santai saja duduk di bangku sementara orang tuanya sedang duduk di lantai. Bagi mereka, berada di posisi yang lebih tinggi atau rendah bukan menunjukkan kemuliaan atau kehinaan. Melainkan, hal biasa yang kebetulan ada yang suka duduk di posisi atas, dan ada yang lebih suka duduk di posisi bawah atau lantai.

Namun begitu, orang Betawi selalu jujur, apa adanya, adil dan sportif. Penghormatan bagi mereka bukan pada protokol dan prosedur, melainkan pada tindakan nyata. Apa yang menurut mereka baik, akan dibilang baik meskipun dunia mengatakan buruk. Sebaliknya, apa yang menurut mereka buruk, akan dibilang buruk, meskipun dunia mengecamnya.

Karena itu, prosedur atau aturan yang dipahami masyarakat Betawi bukan pada hal tertulis atau diucapkan. Tapi, dibuktikan dengan contoh yang dilakukan berulang-ulang. Kalau seorang pemimpin yang ingin menerapkan aturan protokol kesehatan di Betawi misalnya, tidak perlu dengan aturan yang jelimet. Cukup kasih contoh dari para pemimpin dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu pun jika ada pemimpin yang ingin dihormati masyarakat Betawi. Tidak perlu dengan aturan yang jelimet, apalagi mengancam. Cukup bergaul dengan memperlihatkan ketulusan dan apa adanya. Dan kalau orang Betawi cinta dengan pemimpin, mereka tidak akan pernah berpindah ke yang lain, meskipun ditaburi seribu satu godaan dan ancaman. (Mh)

 

 

 

 

ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Doa Blanco Semoga Membuat Gajiku Naik

Next Post

12 Dampak Negatif Televisi pada Anak

Related Posts

Perawat Kucing di Masjid Al-Aqsha Meninggal karena Covid-19

Perawat Kucing di Masjid Al-Aqsha Meninggal karena Covid-19

January 22, 2021
Optimisme di Tahun Baru

Optimisme di Tahun Baru

January 21, 2021

Covid Kuat karena Kita Lemah

December 30, 2020

Ibu di Hari Ibu

December 22, 2020

Ketika Berita Bisa Dipilih

December 18, 2020

Bima Arya atau Aria Bima?

November 30, 2020
Next Post

12 Dampak Negatif Televisi pada Anak

UPZ Permata Bank Syariah & Yatim Mandiri Sinergi Salurkan Modal Usaha untuk Difabel Dhuafa

Terbaru

Resep Mata Sapi Tumis Cabe, Ide Sajian Mudah di Akhir Pekan

Resep Mata Sapi Tumis Cabe, Ide Sajian Mudah di Akhir Pekan

January 24, 2021
Harapan Ghaida Tsurayya di Tahun 2021

Harapan Ghaida Tsurayya di Tahun 2021

January 24, 2021
Rumah di Perth Tukar Pesantren di Lemah Neunet

Rumah di Perth Tukar Pesantren di Lemah Neunet

January 24, 2021
Pemerintah Swiss Mendesak Masyarakat untuk Menolak Pelarangan Niqab

Pemerintah Swiss Mendesak Masyarakat untuk Menolak Pelarangan Niqab

January 24, 2021
Pentingnya Kebersamaan Suami Istri dalam Kebaikan

Pentingnya Kebersamaan Suami Istri dalam Kebaikan

January 24, 2021
Resep Nasi Goreng Bumbu Sambal

Resep Nasi Goreng Bumbu Sambal

January 24, 2021
Kelangkaan Daging Sapi Harus Segera Diatasi

Kelangkaan Daging Sapi Harus Segera Diatasi

January 23, 2021
Buntut Normalisasi, Sudan akan Cabut UU Boikot Israel

Buntut Normalisasi, Sudan akan Cabut UU Boikot Israel

January 23, 2021
Meski Dibayar Jutaan Dolar, Ronaldo Tolak Jadi Duta Wisata Arab Saudi

Meski Dibayar Jutaan Dolar, Ronaldo Tolak Jadi Duta Wisata Arab Saudi

January 23, 2021
Kabinet Keberagaman Biden Tidak akan Berbuat Banyak untuk Komunitas Kulit Berwarna

Kabinet Keberagaman Biden Tidak akan Berbuat Banyak untuk Komunitas Kulit Berwarna

January 23, 2021

Terpopuler

  • Ucapkan Barakallah Sebagai Pengganti Selamat

    Ucapkan Barakallah Sebagai Pengganti Selamat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buka Aura, Bagaimana Hukumnya menurut Syariah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 33 Pertanyaan yang Harus Ditanyakan Setiap Gadis Saat Taaruf

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hati-hati jika Anak sudah Keranjingan Ome TV

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Cara Mengetahui Ragi Masih Aktif atau Tidak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hukum Memakai Kalung Salib

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Balasan Sedekah Mpok Minah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Enam Manfaat Quality Time bagi Keluarga Muslim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sambut Idul Fitri, Althafunissa by Karina Tampilkan Koleksi Grooming in Bloom

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Dia Resep JSR untuk Demam Anak, Batuk dan Panas Dalam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Chanelmuslim.com
Media Pendidikan & Keluarga

Follow us on social media:

  • About
  • Advertise
  • Careers
  • Contact

Copyright © 2014 - 2021
Chanelmuslim.com - Media Pendidikan & Keluarga

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Sakinah
    • Pranikah
  • Ayah Bunda
    • Tumbuh Kembang
    • Parenting
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Kecantikan
    • Komunitas
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Nasional
    • Foto News
    • Dunia
    • Palestina
    • Sekolah
    • Ekonomi
    • Opini
    • Editorial
    • Info Bisnis
    • Event
  • Khazanah
    • Ustadzah
    • Quran Hadits
    • Kisah
    • Nasihat
  • Konsultasi
    • Arsitektur
    • Kesehatan
    • Syariah
  • Galeri
    • Foto
    • Video
    • Komik
    • Market
  • Oase

Copyright © 2014 - 2021
Chanelmuslim.com - Media Pendidikan & Keluarga