ChanelMuslim.com- Entah kenapa, dunia seperti terbelalak ketika pengadilan Turki memutuskan bahwa Aya Sofya bukan lagi museum, melainkan sebuah masjid. Jumat, tanggal 24 Juli 2020 mendatang merupakan hari bersejarah untuk masjid yang dibangun sejak 1453 ini. Pada saat itulah, kerinduan rakyat Turki untuk kembali beribadah di masjid tertua Turki ini akhirnya terpenuhi.
Jika dunia, khususnya Barat, berotak waras tentu tidak akan mempermasalahkan keputusan pengadilan Turki yang mengembalikan Aya Sofya menjadi masjid. Karena baik keberadaan fisik dan pengelolaannya, Aya Sofya memang di bawah wewenang pemerintah dan rakyat Turki. Bukan Amerika, Yunani, apalagi PBB.
Kecuali, jika masjid yang sejak 500 tahun lalu dibangun oleh Muhammad Al-Fatih, keberadaannya ada di negara lain atau dikelola oleh sebuah lembaga dunia seperti PBB. Dunia tidak menyimak, atau memang pura-pura tidak tahu, bahwa pengadilan Turki menilai bahwa Aya Sofya sebagai museum adalah ilegal. Atas alasan fundamental apa rezim Ataturk mengubah Aya Sofya yang sejak 500 tahun sebagai masjid tiba-tiba diubah menjadi museum.
Selain alasan hukum, secara demokratis juga tidak terbantahkan bahwa mayoritas rakyat Turki yang muslim sangat menginginkan masjid bersejarah ini dikembalikan sebagai masjid. Kalau secara hukum dan demokrasi tidak ada celah mengungkit-ungkit Aya Sofya sebagai masjid, dengan alasan apalagi Barat menganggapnya sebagai keputusan yang cacat.
Fakta eksistensi Aya Sofya seolah bertolak belakang dengan Masjid Al-Aqsha. Masjid teragung ketiga setelah Masjid Al-Haram dan Nabawi di Arab Saudi ini tak seorang pun yang menyangkal eksistensinya. Tapi, nyaris tak ada suara sumbang dunia ketika Israel menutup Al-Aqsha sebagai masjid. Bahkan, mengklaimnya sebagai bagian kuil Yahudi.
Boleh jadi, inilah fakta yang menguatkan tafsiran Firman Allah Surah Al-Baqarah ayat 120 bahwa Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridho kepada kaum muslimin hingga umat Islam mengikuti ajaran mereka.
Fenomena Aya Sofya kini menjadi fakta tentang siapa sebenarnya yang tidak toleran. Siapa sebenarnya yang masih haus nafsu penjajahan. Dan, siapa sebenarnya yang anti hukum dan demokrasi.
Umat Islam begitu mengapresiasi keputusan pengadilan Turki yang sangat jernih. Serta, keberanian Presiden Turki, Recep Thayyip Erdogan, yang secara konsisten membela kepentingan rakyat kehormatan negaranya dan Islam, meski dunia menghina dan mengancam.
Keberanian Erdogan kian membelalakkan mata dunia yang membenci Islam. Dengan lantangnya, Erdogan mengatakan, “Kebangkitan Aya Sofya pertanda satu langkah pembebasan Masjid Al-Aqsha dan keterpurukan umat Islam.” (Mh)