ChanelMuslim.com – Selama bertahun-tahun, penduduk Makkah biasa menjadi tuan rumah bagi para peziarah yang melakukan ibadah haji di rumah mereka, sehingga membentuk ikatan dan persahabatan yang langgeng.
Baca juga: Gubernur Makkah Resmikan Prototipe Sistem Transportasi Umum Baru
“Kami membuka hati kami di depan pintu rumah kami untuk mereka,” ungkap Noura Al Ahmadi, 70, yang berasal dari Madinah, mengatakan kepada The National News.
Seperti keluarga Al Ahmadi, penduduk Makkah dengan gedung bertingkat biasa membuka pintu bagi para peziarah.
Fatimah Mohamed Soror, 78, juga tumbuh dengan tradisi menjamu para peziarah di rumah empat lantai mereka di Al Falaq, hanya 10 menit berjalan kaki dari masjidil Haram.
“Loteng memiliki dua kamar, dapur kecil dan kamar mandi,” katanya.
“Kami biasa menampung para peziarah di tiga lantai, dan seluruh keluarga akan naik ke loteng selama haji.
“Kami akan memindahkan semua barang kami ke lantai dasar dan menguncinya di satu ruangan; maka tiga lantai akan disewakan, ”tambah Soror.
Dengan perluasan Masjidil Haram selama bertahun-tahun, rumah-rumah terakhir dihancurkan pada perluasan tahun 2008.
“Tumbuh di Makkah seperti berada di Perserikatan Bangsa-Bangsa,” kata Dr. Hussain Ghanam, 64, tentang tumbuh besar dengan berbagai kebangsaan, budaya, dan karier.
Haji juga membuat penduduk Makkah lebih terbuka dengan orang dan menerima hal-hal baru.
“Kami belajar banyak dari para peziarah ini,” kata Dr. Ghanam.
“Misalnya, itu berdampak pada masakan kami – masakan Makkah sekarang termasuk masakan India, Bukhari dan Indonesia.”
Meskipun bertahun-tahun telah berlalu, banyak penduduk masih mengingat hadiah yang biasa dibawa oleh para peziarah dari negara asal mereka, memberikan sebagian kepada tuan rumah dan menjual sisanya di jalan-jalan Makkah.
Al Ahmadi secara khusus mengingat hadiah-hadiah tersebut.
“Orang Indonesia dulu punya sarung. Saya juga ingat seorang wanita Mesir yang biasa membelikan saya pakaian katun – itu adalah katun kualitas terbaik yang pernah saya dapatkan.
“Mereka mencintai kami, dan kami juga mencintai mereka,” kata Al Ahmadi.
Interaksi intens dengan para peziarah, dan menjamu orang-orang dari semua lapisan masyarakat, telah membentuk komunitas penduduk Makkah.
Upacara ibadah haji melambangkan konsep-konsep penting dari iman Islam. Ibadah ini memperingati cobaan Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Setiap Muslim dewasa berbadan sehat yang mampu secara finansial membayar perjalanan harus melakukan haji setidaknya sekali seumur hidup.[ah/aboutislam]