ChanelMuslim.com – Beredar informasi yang menyebutkan Tim Medis Dompet Dhuafa ikut menjadi korban dan diserang aparat kepolisian yang mengamankan Aksi Massa 22 Mei 2019.
Berkaitan dengan informasi yang bereda di media sosial tersebut, Direktur Program Dompet Dhuafa, Bambang Suherman membenarkannya. Dalam rilis yang diterima ChanelMuslim.com, Kamis (23/5/2019) pagi, ia menyampaikan kronologis kejadian sebagai berikut:
Tim Medis Dompet Dhuafa mendapat instruksi untuk bergerak dari posisi sebelumnya di persimpangan Jalan Sabang. Tim pertama di kendaraan Isuzu Panther terdiri dari 1 orang perawat, 2 tim dokumentasi, dan 1 orang sopir.
Tim kedua dengan kendaraan taktis Toyota Hilux terdiri dari 2 orang perawat dan beberapa orang tim pendukung.
Dalam waktu yang sangat singkat, pasukan pemukul massa yang terdiri atas satuan brimob dan polisi berpakaian preman datang mengusir massa yang berada di sekitaran Sarinah. Kepolisian datang meringsek dan mendekati kendaraan Dompet Dhuafa. Tim yang ada di dalam kendaraan Dompet Dhuafa diminta turun.
Tim satu yang ada di dalam kendaraan Panther tidak mau turun, dan beberapa aparat seketika memukul kendaraan Isuzu Panther dengan tameng dan tongkat pemukul. Kaca bagian depan belakang, dan sebelah kanan hancur. Tak berselang lama kendaraan berhasil keluar dari kerumunan dan pergi meninggalkan lokasi.
Tim kedua yang berada di kendaraan Toyota Hilux mengikuti perintah untuk turun dan mereka diminta jongkok di depan kendaraan oleh seorang aparat. Satu anggota tim lainnya, terjatuh dari kendaraan dan langsung dipukul dan diinjak oleh anggota kepolisian.
“Anggota kepolisian yang lain membentak-bentak. Padahal tim sudah menyampaikan bahwa kami adalah Tim Medis, ‘kami medis, kami medis’. Seketika anggota kepolisian semakin banyak dan menyuruh kami untuk pergi,” ungkap Bambang.
Ketika Tim Medis Dompet Dhuafa akan pergi itulah anggota kepolisian memukul, baik dengan rotan maupun tameng, juga menendang. Akibatnya, 2 orang tim mengalami luka cukup serius di bagian kepala dan dilarikan ke Rumah Sakit Angkatan Darat.
“Karena disaat yang sama, mobil kami yang sudah mulai bergerak dihentikan oleh salah seorang dari brimob, kami sampaikan bahwa kami tim medis, namun dia tetap memukul kaca mobil bagian depan berulang kali dan menyuruh untuk maju. Seketika saja, ada anggota lain yang memukul kaca depan berulang kali hingga pecah. Dan satu orang anggota polisi juga mengeluarkan senjata api sejenis FN yang ditodongkan ke arah kami. Kemudian, kami diminta untuk membuka kaca dan saat itu kunci langsung dimatikan kemudian dicabut dan dilempar ke dashboard. Di saat bersamaan, anggota lainnya memukul spion kanan dan kaca samping hingga pecah berantakan,” sambung Bambang.
Kamis, 23 Mei 2019 Pukul 1.00 WIB
Semua tim berhasi keluar dari lokasi, dan 2 orang yang mengalami luka-luka dibawa ke RSPAD untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. “Alhamdulillah, kedua orang tim kami yang dirawat di RSPAD telah diperbolehkan pulang,” katanya.
Kejadian ini disayangkan bisa terjadi. “petugas medis, dalam kondisi perang sekalipun adalah dilindungi sebagaimana Konvensi Jenewa Bab IV 12 Agustus 1949,” ungkap Aktivis Islam Azzam M Izzulhaq. (Lam)