DEMONSTRASI di Nepal berakhir rusuh, Selasa (8/9). Demo ini terinspirasi dari aksi massa di Indonesia yang dimotori mahasiswa dan pelajar.
Nepal merupakan negara seluas Pulau Jawa yang berada di antara India dan Cina. Menariknya, dari sekitar 30 juta penduduknya separuhnya merupakan anak muda usia 15 hingga 40 tahun.
Pemerintah Tutup 26 Medsos
Pemerintah Nepal memblokir sebanyak 26 media sosial. Termasuk di dalamnya YouTube, X, Facebook, Instagram, dan lainnya.
Pemblokiran ini terjadi sejak tahun lalu ketika pemerintah meminta seluruh pengelola medsos mendaftar ke pemerintah. Alasannya untuk mengikuti aturan dan normal lokal Nepal.
Namun begitu, alasan pemblokiran ini disinyalir karena adanya ketakutan pemerintah terhadap sorotan publik terhadap kehidupan glamour keluarga pejabat. Dari sekian pengelola medsos, hanya segelintir saja yang akhirnya mendaftar. Antara lain Tiktok.
Karena kesimpangsiuran alasan pemblokiran ini, anak-anak muda di Nepal mulai gelisah. Dan puncaknya, mereka turun ke jalan berdemonstrasi.
Kemiskinan dan Kemarahan
Nepal tergolong negara dengan tingkat penghasilan terendah di Asia Selatan. Penghasilan rata-rata per bulan warga Nepal tak lebih dari 1,9 juta rupiah.
Sebanyak 20 persen warga Nepal menganggur karena sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri. Tidak heran jika sebanyak dua ribu angkatan kerja Nepal pergi keluar negeri untuk bekerja.
Mirisnya, di saat kehidupan yang sulit di kalangan rakyat, keluarga pejabat berlomba-lomba memamerkan kemewahan. Anak-anak keluarga pejabat yang biasa disebut Nepo Baby seperti mengejek rakyat miskin dengan kehidupan glamour mereka.
Demonstrasi Gen-Z Nepal
Terinspirasi dengan aksi massa di Indonesia, mahasiswa dan pelajar Nepal akhirnya turun ke jalan. Aksi dimulai sejak Kamis lalu (4/9). Awalnya mereka melakukan aksi damai.
Namun, pada Senin (8/9), demonstrasi mendapat tindakan keras dari aparat kepolisian. Hal ini dilakukan pihak polisi karena ribuan massa memaksa masuk gedung parlemen. Persis seperti yang dilakukan aksi massa di Indonesia.
Bahkan, bendera ‘One Piece’ ikut berkibar di antara para demonstran. Mereka berusaha melompat pagar gedung parlemen yang berdinding beton dengan pagar besi tajam di bagian atasnya.
Bentrokan tak terhindarkan. Polisi bahkan dikatakan pendemo menggunakan peluru tajam. Akibatnya, sekitar 19 orang tewas, 400 lainnya luka-luka, termasuk 100 polisi.
Demo Brutal
Tindakan kekerasan aparat ternyata tidak menyurutkan pendemo untuk melanjutkan aksinya. Justru, massa semakin besar dan brutal.
Pada Selasa (9/9), puluhan massa kembali merangsek gedung parlemen. Ribuan lainnya merangsek gedung istana perdana menteri, presiden, dan rumah-rumah para menteri.
Aksi demonstrasi tidak sekadar lemparan batu. Tapi juga bakar-bakar. Gedung mewah parlemen dan Gedung PM Nepal dibakar massa. Padahal saat itu, PM Nepal: KP Sharma Oli, sedang menyatakan pengunduran dirinya.
Menariknya, tak lama berselang pengunduran diri PM empat periode itu, Presiden Nepal: Ram Chandra Poudel juga ikut menyatakan mundur. Jadilah negara beragama mayoritas Hindu ini chaos tanpa pemimpin.
Sedemikian brutalnya demonstrasi dan pembakaran, istri PM Nepal dikabarkan ikut menjadi korban pembakaran. Nyawanya tak terselamatkan ketika tiba di rumah sakit.
Sejumlah menteri terlihat dievakuasi dengan melakukan helikopter dari rumah masing-masing. Salah seorang menteri, yaitu menteri keuangan, dikabarkan diamuk massa karena berlari keluar rumah.
Militer Mengambil Alih
Karena keadaan yang rusuh tak terkendali, ditambah lagi Presiden dan PM menyatakan mundur, pihak militer Nepal mengambil alih keadaan. Pemberlakuan jam malam diberlakukan di seluruh ibukota Kathmandu.
Barisan tentara diturunkan di lokasi-lokasi strategis. Seperti halnya di Indonesia, tentara dan massa pendemo tidak terpancing bentrok.
Pimpinan tentara akan mengambil alih kekuasaan untuk sementara, hingga terpilihnya pejabat tinggi baru di Nepal. [Mh]