SELAMAT Tahun Baru Islam 1 Syawwal 1445 Hijriah! Ketua Komunitas Ayo Less Waste Aisyah mengajak Sahabat Muslim untuk hijrah dari sekali pakai ke produk yang lebih ramah lingkungan.
Hitungan Kalender Hijriah pertama kali digunakan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu pada 1 Muharram 17 Hijriah.
Saat ini, sudah 1445 Hijriah. Kenapa Umat Muslim saat itu tidak mengikuti saja kalender yang ada? Seperti penanggalan Persia atau Romawi?
Inilah pelajaran mahal dari penanggalan Hijriah yang dibuat. Umar bin Khattab dan para sahabat karena begitu bangga dengan keislamannya.
Sampai penanggalan pun ingin yang sesuai dengan momentum keislaman mereka. Awalnya ada perbedaan pada rapat para sahabat.
Ada yang mengusulkan tahun 1 dimulai saat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam lahir. Ada yang mengusulkan sejak Rasul Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam wafat.
Akhirnya mereka bersepakat, peristiwa yang betul-betul berdampak besar pada masa kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan para Sahabat ialah momentum hijrah.
Usulan dari Sahabat mulia Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu akhirnya disepakati. Karena hijrah, adalah momentum transformasi dakwah Islam besar-besaran.
Sebagai Muslim yang hidup di era modern ini, lingkungan menjadi salah satu hal yang sangat penting untuk kita perhatikan.
Semangat hijrah bisa menjadi spirit kita untuk lebih memerhatikan dan menjaga bumi. Tercatat sepanjang tahun 2022, ada 69 juta ton sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia.
Sebanyak 18,2% atau 12,5 juta ton sampah berupa sampah plastik (Kompas.com). Salah satu penyebabnya adalah maraknya penggunaan plastik sekali pakai.
Sampah tersebut akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi lingkungan kita jika masuk ke tanah ataupun perairan.
Baca juga: Selamat Tahun Baru Islam
Tahun Baru Islam, Saatnya Hijrah dari Produk Sekali Pakai ke Ramah Lingkungan
Ada 3 langkah yang dapat dengan mudah kita lakukan untuk berpartisipasi dalam momentum hijrah dari kemasan sekali pakai ke hidup ramah lingkungan yang terinspirasi dari wawancara dengan Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Hidup dan Kehutanan.
Pertama, adalah memasifkan gerakan bersih-bersih lingkungan dan social ecopreneur seperti yang ditunjukkan oleh Pandawara Group dan gerakan lainnya.
Kedua, mendorong masyarakat untuk mulai belanja tanpa kemasan sekali pakai.
Membawa kantong belanja sendiri harus diviralkan bukan hanya oleh para influencers atau public figures tapi juga seluruh elemen masyarakat.
Berbagai komunitas pecinta lingkungan sudah saatnya untuk elevate dengan menggandeng berbagai pihak untuk memarakkan gerakan minim sampah atau less waste.
Salah satu komunitas yang aktif dalam campaign minim sampah adalah komunitas Ayo Less Waste (ALW).
Less waste adalah pola hidup masyarakat modern yang tidak hanya mencintai dirinya sendiri namun juga menjaga bumi.
Ketiga, adalah melakukan pemilahan sampah dari rumah sendiri. Sebetulnya hanya ada dua kategori besar sampah, yaitu sampah kering dan sampah basah.
Sampah kering adalah sampah yang dapat didaur ulang seperti plastik, gelas plastik, botol plastik, kaleng, kemasan kardus, beling dan lain sebagainya.
Sedangkan sampah basah itu berupa sisa makanan, sayur-sayuran, buah dan sebagainya. Mencampurkan sampah kering dan basah sangat berbahaya untuk lingkungan dan manusia.
Karena pembusukan yang tidak sempurna karena sampah basah bercampur sampah kering dapat menghasilkan gas metana yang sangat merusak lapisan ozon dan berdampak besar pada pemanasan global.
Mari, kita sambut momentum tahun baru Islam ini untuk hijrah dari kemasan sekali pakai ke kemasan ramah lingkungan![ind]