Majalah satire yang terbit di Prancis, Charlie Hebdo, bikin ulah lagi. Setidaknya dalam dua edisi berturut-turut majalah yang di kemas dalam gaya humor provokatif yang cenderung cabul, mengundang kritik pedas banyak pihak.
Dalam edisi spesial peringatan setahun penembakan di kantor redaksi majalah tersebut, yang menewaskan 12 orang, Charlie memuat cover-nya yang menggambarkan “Tuhan sebagai teroris membawa pistol”. Aksi kekerasan yang terjadi sepanjang tahun 2015 kesalahannya dialamatkan pada kelompok fundamentalis Islam, agama-agama yang terorganisasi, pemerintah, dan intelijen.
“Dalam pandangan Charlie Hebdo, ada paradoks menyedihkan dari dunia yang semakin sensitif tentang menjadi benar secara politik, hapir ke titik mengejek, namun tidak ingin mengakui atau menghormati pemeluk iman yang percaya kepada Tuhan, tak menghiraukan agama, “ komentar Osservatore Romano, sebuah surat kabar populer di Vatikan, seperti dikutip The Independent (7/1).
Sepekan kemudian, dalam terbitan edisi terbarunya, pekan lalu, Chalie Hebdo menyajikan gambar-gambar kartun yang lagi-lagi mengundang kecaman. Pada edisi tersebut, sebagaimana dilansir BBC News (13/1), kartun yang menjadi sampul memperlihatkan badan Alan Kurdi, pengungsi anak-anak Syria yang tenggelam, setahun lalu, sebagai seorang dewasa pelaku serangan seksual di Jerman.
Kartun ini dibuat usai kejadian penyerangan secara seksual yang diduga dilakukan oleh sekelompok migran di Kota Cologne, Jerman, pada saat peringatan malam tahun baru lalu.
Padahal, edisi tentang bocah imigran yang meninggal secara mengenaskan itu juga telah dijadikan satire oleh Charlie Hebdo. Saat itu Alan Kurdi digambarkan sebagai bocah yang mukanya tenggelam di sebuah pantai dengan tulisan “sangat dekat dengan tujuannya…” yang terpampang di atasnya.
Kemudian ditambahkan sebuah papan iklan yang mirip restoran cepat saji McDonald yang bertuliskan “Promosi! Dua menu anak seharga satu menu” tampak di dekatnya.
Meski mengundang kontroversi, majalah Charlie Hebdo tetap menyajikan kartun-kartun dan jurnalisme yang kerap menyinggung agama, ras, dan budaya masyarakat global.
Reaksi penentangnya yang beberapa kali menggunakan aksi teror ke kantor Charlie Hebdo sebagai “peringatan keras” nampaknya tak dihiraukan. Entah demi mengejar sensasi dan menaikkan tiras majalah, atau memang orang-orang yang terlibat dalam media ini memiliki kepentingan tertentu dengan menyajikan kartun-kartun liberal dan menyinggung penganut agama dan kepercayaan yang sudah eksis di dunia ini? (mr/chanelmuslim) foto:independent