AKSI solidaritas Palestina ditutup di depan Gedung Merdeka. Lokasi ini sengaja dipilih lantaran bersejarah jadi lokasi Konferensi Asia-Afrika, menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme. Puluhan ribu warga tumpah ruah membawa semangat yang sama: membela hak rakyat Palestina mempertahankan tanah air mereka sendiri.
Dengan latar Gedung Merdeka, aksi ini menyoroti pernyataan Presiden Prabowo Subianto pada 9 April 2025 terkait rencana pemindahan 1000 warga Gaza ke Indonesia. Aksi Solidaritas dan Doa untuk Palestina menyampaikan pernyataan sikap sebagai berikut.
Baca juga: Bandung Lautan Palestina, Ribuan Massa Tuntut Hentikan Genosida
Puluhan Ribu Warga Jabar Aksi Solidaritas Palestina di Gedung Merdeka
Pertama, mereka menolak evakuasi warga Gaza ke Indonesia. Walaupun dibungkus atas nama kemanusiaan, evakuasi tersebut dinilai berpotensi mendukung gagasan “voluntary migration” Netanyahu, yang pada kenyataannya adalah “forced migration” di bawah tekanan serangan brutal. Mereka menegaskan bahwa warga Gaza berhak tetap tinggal di tanah air mereka, dengan hak penuh atas hidup, pendidikan, dan kesehatan.
Kedua, mereka mendorong dibukanya perbatasan Rafah, bukan untuk evakuasi manusia, melainkan untuk memaksimalkan masuknya bantuan kesehatan, shelter darurat, dan material bangunan demi mendukung kelangsungan hidup warga Gaza di tempat mereka sendiri.
Ketiga, mengapresiasi usaha diplomasi pemerintah Indonesia yang mendesak penghentian genosida serta membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional (ICJ) dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Keempat, mereka menekankan bahwa solusi kemanusiaan di Gaza harus bersifat permanen, bukan sekadar solusi darurat. Penghentian total blokade, rekonstruksi Gaza yang dipimpin langsung oleh rakyat Palestina, serta penolakan terhadap normalisasi pendudukan di balik proyek “rekonstruksi tanpa pembebasan” menjadi garis perjuangan mereka.
Kelima, menegaskan bahwa kemerdekaan penuh bagi Palestina adalah satu-satunya solusi adil dan bermartabat, sejalan dengan semangat anti-penjajahan yang diamanatkan dalam Konstitusi Indonesia.
Momentum aksi ini juga dibarengi dengan pembacaan puisi dan teatrikal berbeda di setiap stop point Gedung Sate dan BIP yang menggambarkan krisis kemanusiaan di Palestina. Acara kemudian ditutup dengan doa bersama sebelum massa membubarkan diri.[ind]