CEMBURU kepada Allah bukanlah seperti cemburu dalam pengertian umum.
Sebab yang dimaksud dengan cemburu kepada Allah adalah memiliki rasa kepedulian yang kuat untuk menjaga ketaatan kepada Allah dan memastikan tidak melakukan pelanggaran terhadap semua yang dilarang agar tidak merusak hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ustazah Aan Rohanah menjelaskan bahwa membangun keluarga harus disertai dengan cemburu kepada Allah agar suami istri selalu berpedoman kepada ketentuan agama sehingga sehingga dapat membuat keluarga selalu mendekat kepada Allah, mencinta kebaikan dan membenci kemaksiatan.
Dengan demikian hidup mereka selalu tenang dan selalu bersama Allah dalam segala keadaan.
Cemburu kepada Allah harus selalu dipupuk dengan cara berikut:
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
View this post on Instagram
1. Menambah kecintaan kepada Allah, sehingga menempatkan cinta tertinggi kekepada Allah.
2. Mengutamakan Allah dalam segala hal, sehingga tidak meremehkan ajaran agama.
3. Menjadikan segala upaya membangun keluarga untuk mendapatkan ridha Allah.
4. Berusaha sekuat mungkin untuk menjauhkan keluarga dari keburukan, kejahatan dan kemaksiatan agar tidak dimurkai oleh Allah.
Membangun Keluarga Disertai Cemburu kepada Allah
Baca juga: Kerja Sama Suami Istri Dalam Membangun Keluarga
Jika suami istri dalam membangun keluarga, melakukan cara-cara tersebut maka mereka akan menjaga ke-Esaan Allah dan beribadah hanya kepada-Nya serta mengarahkan keluarga mendapatkan ridha Allah.
Mereka akan menjaga komitmen untuk taat kepada agama Allah dan menjauhi segala bentuk perbuatan dosa sekalipun membangun keluarga itu berat, banyak tantangan dan hambatan, terkadang senang dan susah, terkadang gembira dan sedih terkadang nyaman dan galau.
Belajarlah kepada Allah tentang cemburu yang benar seperti dalam hadits berikut:
إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ وَغَيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِيَ المُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ
“Sesungguhnya Allah cemburu, dan kecemburuan Allah itu ketika seorang mu’min melanggar apa yang telah dilarang Allah.” (Muttafaq ‘alaihi).
اللَّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
“Ya Allah, bimbinglah kami untuk taat kepada-Mu, sempurnakanlah kekurangan kami, terimalah amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[Sdz]