SEJARAH telah mencatat perjalanan panjang perjuangan media dan pers Islam di Nusantara sampai Indonesia mendapatkan kemerdekaannya.
Peran para aktivis media Islam dan jurnalis muslim sangatlah besar dalam kehidupan masyarakat bangsa dan negara.
Founder Mujahid Dakwah Muhammad Akbar menulis bahwa kebangkitan pers dan media Islam telah tercatat dalam sejarah Nusantara, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia.
Pers Islam memiliki andil yang sangat besar dalam melakukan berbagai perlawanan terhadap berbagai bentuk kolonialisme dan penjajahan yang dilakukan oleh Belanda dan sekutunya.
Kita dapat melihat pada fase awal sekitar tahun 1906 berdiri Al-Imam sebagai majalah Islam pertama di Asia Tenggara.
Majalah ini diterbitkan di Singapura pada Jumadil Akhir 1324 H/Juli 1906 M dan berakhir pada permulaan 1909.
Majalah yang menggunakan aksara Arab-Melayu atau Jawi dan diterbitkan Melayu ini dirilis di Mathba’ah (Drukkery) Melayu Tanjung Pagar, Singapura.
Sayyid Ahmad Al-Hadi, yang merupakan anak angkat dari Raja Ali Kelana bin Raja Ahmad Riau, dan Syekh Muhammad Taher bin Muhammad Jalaluddin Al-Azhari, Sayyid Muhammad bin Aqil bin Yahya dan Syekh Muhammad Salim Al-Kalali.
Berbagai latar belakang lahirnya Al Imam adalah keterpurukan, kehancuran dan kerusakan kondisi masyarakat dan umat di bawah penjajahan Belanda, Inggris dan sekutunya, berbagai cekaman, penindasan, kekerasan, kemiskinan dialami oleh masyarakat serta tidak adanya wadah untuk menyampaikan aspirasi ummat dan tegaknya amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Dan yang paling penting adalah agar umat Islam dapat meraih kemerdekaannya.
Akbar mengutip sebuah edisi dari Al Imam yang menegaskan haluannya.
“Untuk mengingatkan mereka yang terlupa, membangunkan mereka yang terlelap, menunjukkan arah yang benar kepada mereka yang tersesat, memberi suara kepada mereka yang berbicara dengan bijak, mengajak umat Islam berupaya sebisa mungkin untuk hidup menurut perintah Allah, serta mencapai kebahagiaan terbesar di dunia dan memperoleh kenikmatan Tuhan di Akhirat.” (Al Imam, I Juli 1906).
Pasca kemerdekaan berbagai media massa Islam muncul di antaranya Harian Abadi.
Harian Abadi menjadi corong pergerakan dari Partai Masyumi yang menjadi pengawal terhadap pemerintahan Soekarno waktu itu.
Baca Juga: Eksistensi dan Kolaborasi Media Islam Penting untuk Bangun Peradaban
Sejarah Perjuangan Media dan Pers Islam di Nusantara
“Perjalanan panjang media massa Islam terus berlanjut pada fase kedua, yakni fase kemerdekaan Indonesia. Dalam catatan sejarah, telah terbukti bahwa media massa Islam menjadi penyuara aspirasi yang dihadapi oleh umat, baik dari segi keagamaan, sosial, ekonomi dan politik,” lanjut Akbar.
Oleh sebab itu, kebangkitan media Islam sangat dinanti oleh umat dan masyarakat hari ini.
Di tengah krisisnya penyebaran informasi, maka media Islam dengan konsepnya yang sesuai tuntunan syariat diharapkan dapat menjadi cahaya di tengah krisisnya informasi hari ini.
Perjuangan umat Islam di Indonesia melalui media massa tampaknya telah berurat dan berakar, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia.
“Jika kita bercermin melalui sejarah, akan terlihat media massa Islam menjadi roda-roda penggerak dalam perjuangan Islam, menjadi minyak sebagai pembakar perjuangan umat Islam bahkan menyelami nasib umat yang terpuruk di negeri ini,” tutupnya.
Tulisan ini telah ditayangkan sebelumnya dengan judul Daar Al-Qalam Bahas Sejarah Pers dan Media Islam di Era Penjajahan Sampai Kemerdekaan. [ind]