ChanelMuslim.com – ’Tarimo kasih, QUIS Daqu sungguh membawa berkah,’’ ucap Ustaz Syukur Usman saat melepas kepergian Tim QUIS (Qurban Istimewa) Daarul Qur’an (Daqu), Sabtu (2/9). Tim hendak menyeberang ke Kepulauan Mentawai.
Lelaki berpenampilan ‘’sangar’’ itu mengungkapkan, dengan pemotongan qurban dari QUIS Daqu pada Jumat dan Sabtu (1-2/9), nama Pesantren Tahfizh Harakatul Qur’an yang didirikannya menjadi familiar. Pun nama Daarul Qur’an. ‘’Warga sekitar sini sekarang tahu yang namanya Daarul Qur’an,’’ kata Syukur senang.
Baru jalan dua tahun Pesantren Tahfizh Harakatul Qur’an yang terletak di tepi Sungai Batang Aie Dingin, Kelurahan Batang Kabung, Kec Koto Tangah, Kota Padang, itu. Jumlah santrinya juga masih bisa dihitung dengan jari. Mereka santri perintis, generasi perdana, yang diasuh pimpinan pondok dan seorang guru tahfizh.
‘’Pesantren ini sekarang jadi hidup-mati saya, setelah kenyang dengan urusan dunia,’’ tutur Syukur. Ia mengungkapkan, dulu dirinya mondok di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Seangkatan dengan Ustaz Ahmad Jameel dan Soleh yang kini masing-masing mengabdi di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an dan PPPA Daarul Qur’an.
Selepas mondok, kata Syukur, kami bersimpang jalan. ‘’Saya terjun ke dunia usaha di Jakarta dan Padang, menjadi pekerja hingga meraih jabatan tertinggi dalam proyek infrastruktur yang membangun antara lain Bandara Internasional Minangkabau Padang.’’
Dunia proyek membuatnya seakan lupa dengan agama. Hingga suatu ketika, ia didatangi kedua sahabatnya, Ahmad Jameel dan Soleh. Mereka mengajaknya bergabung dalam penyelenggaraan Wisuda Akbar Indonesia Menghafal di Padang.
‘’Gila, batin saya. Saya waktu itu sudah lupa shalat, Qur’an pun tak pernah menyentuh lagi, hafalan hilang, eh diajak kegiatan wisuda tahfizh Qur’an. Benar-benar gila,’’ kenang Syukur sambil tertawa lebar kepada Tim QUIS Daqu, dalam perbincangan jelang tengah malam di Pesantren Harakatul Qur’an, Jumat (31/8).
Tiba-tiba, bumi bergoyang. Saung tempat kami bercengkerama, berderak. ‘’Gempa, gempa, lari…,’’ seru Syukur sambil meloncat dan lari ke lapangan rumput depan pesantren.
Tim QUIS Daqu yang belum pernah mengalami trauma gempa, kalem saja. Toh saung disangga kayu dan beratapkan melamin.
‘’Besar ini gempa, mirip gempa tahun 2009 itu,’’ kata Syukur sambil masih ngos-ngosan. ‘’Pasti orang-orang sudah memenuhi jalan untuk lari,’’ imbuhnya, yang kemudian terbukti benar ketika kami cek.
Seperti hentakan gempa itulah yang dirasakan Syukur tatkala diajak kembali oleh sahabat sealmamaternya. Ia kemudian terlibat dalam penyelenggaraan Wisuda Akbar. Bahkan kemudian ia mendirikan Rumah Tahfizh, yang lalu diperluas menjadi pesantren. Dalam rapat koordinasi akhir Agustus lalu, Ustaz Syukur Usman malah diamanahi sebagai Koordinator Daerah Rumah Tahfizh Sumatera Barat, membawahi belasan Rumah Tahfizh mitra Daarul Qur’an di Provinsi Serambi Madinah.
Semula, warga Batang Kabung heran, kok ada pemuda-pemuda ‘’preman’’ mendirikan pesantren di pelosok Koto Tangah di tepi sungai. Masyarakat antara segan, takut, dan curiga, untuk mendekat. Hingga kemudian kegemparan kecil terjadi saat Pesantren Harakatul Qur’an memotong qurban kambing dan jawi (sapi) serta membagi-bagikan dagingnya untuk warga sekitar.
Wargapun berkumpul di pesantren itu untuk menyelenggarakan prosesi qurban hingga makan daging bersama-sama masakan para ibu. Alhamdulillah.[ah/bowo]