• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Jumat, 16 Mei, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Berita

Pendidikan Senjata Ampuh Memutus Rantai Kemiskinan

Oktober 14, 2018
in Berita
74
SHARES
571
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT

ChanelMuslim.com – Heni Sri Sundani menyadari bahwa pendidikan merupakan senjata ampuh untuk memutus rantai kemiskinan. Pernyataan ini berdasarkan pengalaman hidup beliau sebagai anak seorang petani dan kedua orangtua yang bercerai. Sejak kecil Heni diasuh oleh neneknya di Ciamis sedangkan ibunya kerja di Bekasi sebagai buruh pabrik. 

Diasuh oleh nenek tidak menjadikan Heni kecil merasa terpinggirkan. Ia sangat bersemangat untuk sekolah. Perjalanan menempuh selama dua jam menuju Sekolah Dasar (SD) dengan berjalan kaki mampu ditempuhnya.

Heni mengaku banyak belajar mengenai kehidupan dari neneknya yang tidak lulus sekolah. Mulai dari bagaimana bersabar, berusaha dan memberikan nilai-nilai kebaikan pada orang sekitarnya. Berbeda dengan orangtua kebanyakan yang menyuruh seorang anak berbuat baik, Nenek Heni justru memberikan contoh dan tauladan sehingga pelajaran kebaikan itu diingatnya sampai sekarang.

"Nenek saya jika memasak nasi itu hanya dua kepal saja. Satu kepal untuk saya dan satu lagi untuk dirinya. Jadi tidak ada nasi yang dimasak seukuran rice cooker,"katanya.

Jika Heni membawa kawan ke rumahnya. Dua kepal nasi itu dibagi sesuai jumlah kawan dan Heni. 

"Pernah suatu ketika saya membawa tiga kawan ke rumah. Nasi yang dua kepal itu dibagi menjadi empat bagian. Untuk tiga kawan yang datang dan saya. Nenek justru ikhlas selama satu hari untuk tidak makan nasi. Ia hanya makan singkong dan ubi sebagai pengganti nasi,"tambahnya di Seminar Menguatkan Peran Muslimah dalam Ketahanan Keluarga di Era Digital, Kampus Umar Usman, Sabtu (13/10/2018).

Setelah tamat SD dengan nilai Ujian Nasional tertinggi di sekolahnya. Heni melanjutkan sekolah ke SMP. Keputusannya untuk melanjutkan sekolah dicibir oleh tetangganya karena rata-rata anak seusianya tidak sampai melanjutkan. Bukan hanya itu, ibunya tak lagi bekerja sebagai buruh pabrik karena neneknya sudah mulai sakit-sakitan.Tapi Heni tetap optimistis. 

Lulus SMP, Heni memutuskan melanjutkan sekolah di SMK. Agar bisa sekolah, dia bekerja serabutan mulai dari jadi ART, jualan jilbab hingga menawarkan jasa mengetik kepada teman-temannya. Akhirnya Heni bisa menyelesaikan sekolahnya di SMK. 

Setelah lulus SMK, Heni kebingungan untuk melanjutkan sekolah karena sudah tidak punya biaya lagi. Mendengar ada kesempatan untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita di luar negeri TKW. Ia memutuskan untuk hijrah dari kampung halamannya. Menurutnya masa depan itu tidak akan ada jika kita tidak melakukan sesuatu.

"Orang kaya akan meninggalkan kekayaannya untuk anak-anaknya. Berbeda bagi orang miskin pastinya akan meninggalkan kemiskinan juga. Saya nggak mau bernasib sama seperti ibu dan nenek,"katanya.

Namun, rencana itu ditentang ibu dan neneknya. Setelah melalui proses yang sangat panjang, dari mulai merayu nenek dan ibunya hingga proses belajar di Balai Latihan Kerja selama hampir 4 bulan, Heni berhasil terbang ke Hong Kong sebagai baby sitter.

"Di Hongkong saya bekerja sebagai pengasuh anak. Impian saya untuk menjadi sarjana tidak redup. Dari pendapatan pengasuh anak saya daftar kuliah di kampus Saint Mary’s University. Dan menjadi salah satu lulusan terbaik di kampus itu,"kata perempuan Pendiri Komunitas Gerakan Anak Petani Cerdas.

Setelah cita-citanya tercapai menjadi sarjana. Ia menghubungi nenek dan ibunya. Saat itu Heni sedih mereka tidak mengerti arti sarjana.

"Saya sadar dan kemudian pulang ke kampung halaman,"katanya.

Sampai di kampung halaman, Heni melihat tidak berbeda jauh saat ia meninggalkan Ciamis. Heni kemudian menjadi guru dan mengajari anak-anak kampungnya membaca dan menulis. Apalagi setelah menikah dengan suaminya, Adita Ginantika. (Ilham)

 

Previous Post

Prihatin Terhadap Kondisi Masyarakat, Cordofa Adakan Seminar Ketahanan Keluarga

Next Post

Bank Muamalat Sabet Predikat Bank Syariah Terbaik di Indonesia

Next Post

Bank Muamalat Sabet Predikat Bank Syariah Terbaik di Indonesia

Hidangan Akhir Pekan Keluarga dengan Coklat Putih Panas

Majelis Taklim Al-Qolam Pondok Gede Ajak Makmurkan Masjid Bersama

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga