ChanelMuslim.com – Prof. Dr. Mat Rofa Ismail,
keynote speaker pada acara Simposium Nasional yang diselenggarakan Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) pada 21 November 2017, kemarin, menyatakan bahwa salah satu hirarki filsafat yaitu metafisik menjadi permasalahan dan kajian utama dalam menerapkan epistemologi Islam dalam ilmu pengetahuan modern.
Profesor yang berasal dari Universitas Putra Malaysia ini mengungkapkan epistemologi Islam merupakan ilmu yang mengkaji penjelasan serta hirarki kepentingan ilmu filsafat berbasis Islam. Metafisik berkaitan erat dengan persoalan ketuhanan dan ontologi yang melibatkan aspek kualitatif atau bersifat gaib.
“Pada koleksi ilmu falsafah, metafizik senantiasa menjadi matlamat utama kajian. Metafizik seperti ketuhanan, kala, roh, jiwa, akal, takdir, akhirat, kebangkitan, malaikat, perkara, ghaib, akhlak, nilai, tatasusila, psikologi, dan kebahagiaan,” jelas Mat.
Prof. Dr. Mat memaparkan telah banyak bukti teori baik secara matematik dan geometri yang memberikan kesimpulan ada keharmonisan dan kesatuan yang dipatuhi oleh alam semesta ini. Hal tersebut membentuk suatu sistem ketertiban dan keindahan yang menunjukan bahwa alam ini diciptakan oleh Pencipta yang memiliki sifat Maha Sempurna.
Misalnya sunnatullah untuk menggunakan yang kanan terlebih dahulu ternyata sama dengan pergerakan planet di galaksi dari kanan ke kiri. Perputaran planet termasuk bumi juga dari kanan ke kiri. Terjadinya tsunami juga dari kanan ke kiri. Dan, arah perputaran jam yang dibuat manusia hanya bisa stabil jika bergerak dari kanan ke kiri.
“Sunnatullah-nya melakukan dengan tangan kanan itu berkat,” ucapnya.
Dalam mengkaji alam semesta adalah bentuk dari mengkaji sunnatullah. Sunnatullah merupakan hukum yang ditakdirkan Ilahi terhadap alam. Karena itulah penting untuk memahami kajian metafisik ketuhanan dalam menyelesaikan permasalahan ilmu pengetahuan (sains dan matematik).
Selain itu, menurut Mat, di abad ke-17 bangsa Barat mengalami pertentangan hebat, banyak ilmuwan filsafat seperti Galileo Galilie, Bruno dan Servetus yang mendasarkan pemikirannya dari mengilhami keagungan Ilahi berbasis agama justru mendapat kecaman dan hukuman mati dari gereja. Sejak itu, gereja mengumumkan pemisahan sains dengan metafisik. Selanjutnya, ilmuwan seperti Descartes dan Newton mendasari pemikirannya bahwa alam dianggap sebagai mesin bebas.
“Kajian falsafah yang bermatlamatkan pengiktirafan keagungan Ilahi berfungsi untuk mengenali kebenaran hakiki. Namun, tradisi kesepaduan menjadi ketuhanan sebagai matlamat sains dan matematik tidak boleh diteruskan,” papar Mat.
Prof. Dr. Mat juga menekankan kondisi memisahkan ilmu pengetahuan dan ketuhanan yang masih terjadi sangat tidak sesuai dengan kondisi umat Islam. Kondisi umat Islam terutama dalam permasalahan pendidikan haruslah didasari oleh iman, akhlak dan sistem nilai dalam pendidikan dan penelitian di bidang ilmu pengetahuan. (Wnd)