Dalam sebuah komunitas multi agama, mahasiswa Muslim di Michigan State University (MSU) tetap melaksanakan praktik agama mereka dan memanfaatkan waktu istirahat untuk shalat di kampus mereka yang mahasiswanya beragam.
“Kami ingin adanya jadwal kegiatan shalat kami, namun, seperti mahasiswa lainnya kami tidak selalu memiliki kemampuan untuk itu,” kata seorang mahasiswi Katy Hollobaugh.
Hollobaugh adalah seorang Muslim yang selalu shalat lima kali sehari. Baginya, shalat adalah makanan jiwa yang biasanya hanya memakan waktu lima menit yang sama sekali tidak pernah mengganggu jadwal kegiatan perkuliahannya.
Mahasiswa Hubungan internasional, Mohammed Rathur adalah mahasiswa MSU lain yang mengatakan dia tidak bisa melewatkan shalat lima waktu.
Rathur mengatakan ia memiliki sebuah aplikasi di telepon yang disebut iPray, yang membantunya mengingat waktu shalat yang akurat di mana pun dia berada.
“Muslim adalah minoritas terbesar di negeri ini tapi itu adalah pertumbuhan populasi,” kata Rathur.
Di kampus, Rathur mengatakan ia belum pernah mengalami kejahatan rasial.
Berbicara kepada teman sekamarnya atau orang-orang di asramanya, ia mampu memperbaiki kesalahpahaman mereka tentang Islam.
Bagi mahasiswi yang mengenakan jilbab, kehidupan di kampus MSU bisa berjalan normal.
“Saya merasa dengan berjilbab, orang yang berbicara kepada saya dan mendengarkan apa yang menjadi pikiran saya,” kata Hollobaugh.
“Gagasan di balik memakai jilbab, selain kesopanan, adalah untuk berkonsentrasi atas apa yang ada di dalam daripada yang di luar.”[af/onislam]