ChanelMuslim.com ChanelMuslim.com – Sejak Neslihan Cevik meluncurkan merk M-Line Fashion Desember lalu, perusahaan daring miliknya tumbuh 20 persen setiap bulan, hanya berkat promosi dari mulut ke mulut. Saat ini, pengusaha asal Turki itu ingin mengembangkan produk selain tunik dan jilbab, yaitu baju renang Muslim pada musim panas mendatang.
“Modelnya sangat jelek sekarang ini,” ujar Cevik tentang burkini, yang menutupi kepala sampai ujung kaki. “Itu salah satu masalah terbesar bagi perempuan Muslim. Apa pun yang dilakukan, semua desainnya sejauh ini sangat buruk.”
Banyak politisi Prancis melihat pesan lain dari burkini, singkatan dari burka dan bikini yang pertama kali diluncurkan tahun 2007 oleh perancang Australia Aheda Zanetti.
Bulan ini, semakin banyak kota yang telah melarang baju renang Muslimah itu di pantai-pantai mereka dengan berbagai alasan, mulai dari ketertiban dan kebersihan umum, sampai keamanan air dan penghormatan atas prinsip-prinsip sekuler yang kaku di Perancis.
Minggu lalu, kota Nice di Riviera bergabung dengan daftar kota yang melarang burkini, dengan salah satu alasan serangan teroris pada Hari Bastille yang menewaskan 86 orang.
Burkini adalah sesuatu yang langka di Prancis, dan definisinya sendiri sangat samar. Di negara yang telah melarang cadar, atau niqab, dan jilbab di sekolah-sekolah negeri, baju renang Muslimah itu telah memicu kontroversi panas, dan menyoroti visi yang berlawanan mengenai peran mode syariah dalam membentuk identitas perempuan.
Perdana Menteri Manuel Valls menggambarkan burkini, berikut jilbab, sebagai sebuah bentuk perbudakan — pandangan yang juga dimiliki Menteri Urusan Perempuan Laurence Rossignol.
“Burkini bukan model baju renang baru, bukan juga sebuah tren. Ini proyek politis yang bertentangan dengan masyarakat modern,” ujar Valls kepada surat kabar Provence, dalam dukungannya atas larangan terhadap burkini.
Para perancang seperti Cevik mengatakan burkini bukan simbol penindasan. Baju renang tersebut dan pakaian Muslim modern lainnya dapat membebaskan. Halangan-halangan malah datang dari industri mode yang seringkali jauh tertinggal dalam memenuhi kebutuhan perempuan modern konservatif, dan kehilangan potensi tambang emas dalam prosesnya.
“Perempuan berhijab terlibat dalam aspek-aspek, ranah dan aktivitas yang berbeda dari kehidupan modern. Namun pasar belum menganggap mereka serius,” ujar Cevik, seorang sosiolog yang telah menulis buku mengenai transformasi identitas Muslim pasca 80-an.[af/voa]-