ChanelMuslim.com – Pada hari Senin kemarin, Presidensi Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci menggantikan penutup Ka’bah. Tim spesialis dari Kompleks Raja Abdul Aziz untuk Kiswah Ka’bah Suci membongkar kiswah lama dan memasang Kiswah yang baru.
Baca juga: Kejar Berkah, Berbagi Kiswah
Kiswah, atau Kiswat Al-Kaabah – yang berarti “selubung” dalam bahasa Arab – adalah kain yang menutupi Ka’bah di Masjidil Haram Makkah.
Setiap tahun, pada hari kesembilan bulan Dzulhijjah, hari para peziarah berangkat ke dataran Gunung Arafah selama haji, Ka’bah dibalut dengan kiswah baru. Yang lama dipotong-potong dan diberikan kepada pejabat dan organisasi Muslim asing yang berkunjung.
Kiswah terdiri dari 47 lembar kain. Masing-masing bagian memiliki panjang 14 meter dan lebar 101 sentimeter. Kiswah dililitkan di sekitar Ka’bah dan dipasang pada dasarnya dengan cincin tembaga.
Kain ini terbuat dari tekstil sutra hitam dengan tulisan yang disulam dengan kawat emas dan perak. Prasasti ini termasuk ayat-ayat dari Al-Qur’an dan permohonan kepada Allah.
Biaya pembuatan kiswa sekitar SR17 juta. Seluruh penutup memiliki panjang 658 meter persegi dan terdiri dari 670 kg sutra murni, dan 150 kg emas dan perak murni dalam benang yang digunakan untuk bordir.
Menurut cerita rakyat Arab, tradisi mengalungkan ka’bah kembali ke 390-420 M, ketika raja Kerajaan Himyarite di Yaman, Raja Tuba Abu Karab As’ad, memerintahkan kain untuk menutupi Ka’bah untuk pertama kalinya, selama pemerintahan suku Jurhum di Makkah.
Tradisi itu berlangsung selama berabad-abad, termasuk masa pemerintahan Nabi Muhammad. Ka’bah ditutup selama bertahun-tahun tanpa melepaskan kiswa lama. Kemudian Raja Abbasiyah, Raja Al-Nasir, menetapkan praktik baru menutupi Ka’bah dengan hanya satu lapis karena dia melihat bahwa kiswa yang menumpuk dapat menyebabkan kerusakan pada tempat suci.
Meskipun warna kiswah yang dikenal adalah hitam, warna kiswah akan berubah pada masa pemerintahan berbagai penguasa dan khalifah. Nabi Muhammad dan para khalifahnya menggunakan warna putih untuk kiswah. Merah, hijau dan hitam semuanya telah digunakan, sampai Raja Al-Nasir dan Raja Al-Ma’mun sepakat bahwa hitam harus menjadi warna kiswah.
Kain itu diproduksi di Mesir dari zaman Ayyubiyah hingga Kekaisaran Ottoman. Amir Al-Hajj, komandan kafilah haji, bertanggung jawab untuk mengirimkan kiswah dari Mesir ke Makkah. Pada tahun 1927, sebagian pabrik dipindahkan dari Mesir ke Makkah sebelum sepenuhnya dipindahkan pada tahun 1962.[ah/arabnews]