Chanelmuslim.com – Bagaimana metode jihad (usahanya-red) yang harus dilakukan oleh mereka? Jawabannya dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat selanjutnya.
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji Allah, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan memelihara hukum-hukum Allah, dan gembirakanlah orang-orang mu’min itu.” (QS. At-Taubah (9) ayat 112)
1. At-Taibun (mereka yang bertaubat)
Menurut Dr. Abdul Halim Mahmud, dalam bukunya Agar Diingat dan Ditolong Allah, Senayan Abadi, 2009, taubat adalah bentuk penyerahan diri pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tunduk dan patuh di hadapan/hadiratNya, pasrah dan menyerahkan segala urusan padaNya.
Dengan kata lain, dalam taubat tersimpan penyerahan, pengakuan atas keesaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tawakkal sehingga hati menjadi tenang dan tenteram.
“…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah (2) ayat 222)
Rasulullah Shaliallahu `alayhi wa sallam senantiasa menjaga dirinya dalam iklim taubat yang terus menerus. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mintalah ampunanNya. Karena aku bertaubat dan memohon ampun seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu `alayhi wa sallam bertaubat bukan untuk membersihkan diri dari dosa dan nista. Beliau adalah manusia yang terpelihara dari kesalahan. Taubatnya bukan taubat memperbaiki kelalaian, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah menjamin kebersihannya. Taubat yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam merupakan pengakuan beliau kepada Zat Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga jelas tak ada alasan sedikit pun bagi ummat Rasulullah Shallallahu `alayhi wa sallam untuk menunda bertaubat. Taubat bukan semata alasan untuk ‘melebur’ dosa, namun menjadi wujud ketaqwaan seorang Muslim.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Ali Imran (3) ayat 132).
1. Al-Abidun (mereka yang beribadah)
Ibadah merupakan tugas pokok manusia dalam kehidupan ini sesuai dengan tujuan utama diciptakannya oleh Ailah Subhanahu wa Ta’ala “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembahKu.” (QS. Al-Dzariyat (51) ayat 56)
Arti ibadah secara bahasa adalah tunduk dan menghinakan diri serta khusyu’. Di dalam kamus Al Mu’jam Al Wasith ibadah artinya “tunduk kepada Yang Menciptakan. Secara istilah arti ibadah adalah sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Katsir, taat kepada Allah dengan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Sedangkan Ibnu Taimiyyah berkata, Ibadah ialah sesuatu yang mencakup semua perkara yang nampak.
“Rasulullah berdiri (shalat) sampai bengkak kedua kakinya. `Aisyah radhiyallahu `anha bertanya, Mengapa engkau membebani diri dengan hal yang demikian? Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengampunimu dari segala dosa, baik yang terdahulu maupun yang akan datang? Rasulullah Shallallahu ralayhi wa sallam bersabda, Tidak patutkah saya menjadi hamba Allah yang bersyukur?” (Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, juga oleh Basyar bin Mu’adz, dari Abu `Awanah, dari Ziyad bin `Alaqah, yang bersumber dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu `anhu)
Jadi, ibadah merupakan ekspresi tertinggi dari rasa syukur dan cinta seseorang kepada PenciptaNya, Yang Mahasempuma dan Mahaindah. (bersambung)
(w/MajalahAulia)