Chanelmuslim.com-Remaja saat ini turut menentukan bagaimana kualitas generasi penerus bangsa Indonesia ke depannya. Jika remaja saat ini sudah banyak yang coba-coba merokok, maka kemungkinan besar generasi masa depan bangsa Indonesia memiliki kualitas yang buruk.
Data Kementerian Kesehatan tahun 2013 menunjukkan prevalensi perokok usia 15-19 tahun pada laki-laki mencapai 57,3 persen sedangkan pada perempuan mencapai 29,2 persen. Hal ini bisa saja menjadi ancaman bonus demografi Indonesia di tahun 2025-2035.
“Pasti ada hubungannya dengan generasi emas. Kalau sekarang remaja merokok, sebut usia 17 tahun, nanti kan dia akan jadi calon ibu dan bapak, bagaiamna generasi berikutnya yang akan dihasilkan. Dia akan menjadi ibu atau ayah dengan paparan asap rokok seperti itu, mereka nikah dan hamil bagaimana generasi selanjutnya,” tutur Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Prof Dr H.I Oetama Marsis SpOG.
Seperti diketahui, paparan asap rokok secara langsung atau tidak langsung bisa berdampak buruk pada kualitas sel telur dan sperma. Ketika terjadi pembuahan dengan sel telur dan sperma dengan kualitas yang kurang baik, maka bisa mengakibatkan lahirnya janin dengan kualitas rendah misalnya anak lahir dengan nilai IQ rendah atau masalah kelainan neurologi seperti epilepsi. Racun pada rokok juga bisa membuat pertumbuhan bayi terhambat dan sistem saraf pusatnya terganggu.
Prof. Marsis menjelaskan, rokok mengandung setidaknya sepuluh zat berbahaya termasuk nikotin, karbon monoksida (CO), dan sianida yang melalui plasenta dan jumlahnya ke sirkulasi janin 15 persen lebih tinggi daripada sirkulasi ibu. Nikotin, lanjut Prof. Marsis, bisa mengganggu pertukaran zat-zat dalam plasenta. Kemudian, CO mengikat Hb sehingga kemampuan darah mengangkut oksigen pun berkurang. Sedangkan sianida berbahaya bagi pertumbuhan sel dan menyebabkan terhambatnya perkembangan janin atau bayi lahir prematur.
“Di Australia, wanita perokok 19 persen lebih mungkin mengalami kehamilan ektopik dibanding wanita yang tidak merokok. Kehamilan ektopik adalah kehamilan di luar uterus, misalnya saja di tuba falopi atau ovarium. Solustio plasenta pada wanita perokok juga 30 persen lebih tinggi,” kata Prof Marsis di sela-sela seminar publik ‘Rokok Ancam Generasi Emas 2045’ di Griya Jenggala, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (2/3/2016).
Placenta previa di mana tempat implantasi uterus tidak baik, dua kali lebih sering pada wanita perokok. Begitupun risiko abortus spontan 80 persen lebih tinggi pada perokok. Ketuban pecah dini juga 21 persen pada wanita perokok. Ketuban pecah dini yang sering mengakibatkan infeksi sehingga mesti dilakukan terminasi pada kehamilan, atau jika bayi bisa lahir, berat badan lahirnya rendah dan jika bayi bisa bertahan terdapat penurunan kecerdasan.
“Pada wanita perokok, risiko bayi lahir prematur dengan kualitas neurologis yang rendah 70 persen lebih tinggi. Berat badan bayi lahir rendah juga meningkat karena toksin pada rokok menyebabkan gangguan sirkulasi plasenta sehingga ada gangguan asupan nutrisi dan oksigen pada janin,” jelas Prof. Marsis.(ind/dethealth)