PASUKAN Israel membunuh warga Palestina yang mencari pasokan makanan di zona kemanusiaan atau zona aman di Jalur Gaza.
Dilansir dari middleeasteye, serangan udara mematikan itu telah menghantam kendaraan tuk-tuk di dekat titik distribusi bantuan di daerah Miraj, sebelah utara Rafah.
Gambar-gambar yang mengganggu dari tempat kejadian perkara menunjukkan darah korban bercampur tepung di lantai.
Ziad Farhat, direktur tim penyelamat di Rafah, mengatakan bahwa wilayah tempat orang-orang tertembak berada dalam apa yang disebut zona kemanusiaan Israel, yang seharusnya aman bagi orang-orang yang mengungsi.
“Dari apa yang kami lihat sebagai tim penyelamat, tidak ada yang namanya wilayah kemanusiaan,” kata Farhat.
Mohammad Abu Armana, seorang jurnalis yang menjadi relawan pertahanan sipil Gaza, mengatakan jalan tempat serangan terjadi rutin digunakan oleh warga sipil yang bepergian antara Khan Younis dan Rafah.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Meskipun pertahanan sipil berulang kali memperingatkan orang-orang agar tidak pergi ke Rafah karena terlalu berbahaya, beberapa orang masih pergi untuk memeriksa rumah mereka, kata Abu Armana.
Pasukan Israel menewaskan sedikitnya 400 pencari bantuan di Gaza awal tahun ini dalam berbagai serangan udara dan mengebom pusat distribusi bantuan.
Mereka juga berulang kali memaksa orang untuk mengungsi ke zona tertentu dengan janji keselamatan, sebelum mengebom dan membunuh mereka di tenda-tenda darurat mereka.
Dalam insiden terpisah pada hari Rabu (13/11/2024), pasukan Israel menewaskan sedikitnya tujuh warga Palestina di dalam zona kemanusiaan di Khan Younis.
“Wilayah kemanusiaan yang mana? Orang Israel mempermainkan kita. Saya bersumpah kita berada di wilayah kemanusiaan,” kata Mahmoud Abu Taha, sambil menangis di atas jasad saudaranya, Mazen, yang tewas dalam serangan itu.
Israel Membunuh Warga Palestina yang Sedang Mencari Makanan di Zona Aman
Baca juga: Warga Palestina di Jabalia Bagikan Pesan Terakhir Tentang Kemungkinan Pemusnahan
Abu Taha dan kerabatnya sambil menangis menelepon orang-orang yang mereka kasihi, memberi tahu mereka tentang berita tersebut, sementara para dokter membawa jenazahnya ke rumah sakit.
“Mereka berada di area kemanusiaan di rumah paman saya,” kata Abu Taha kepada MEE. “Dia pergi mengambil sekantong tepung untuk kami dan minum secangkir kopi (dengan paman saya).”
Abu Taha mengatakan dia sedang berbicara di telepon dengan Mazen saat serangan itu terjadi.
“Saya menyiapkan makanan sambil menunggunya, lalu tiba-tiba teleponnya mati,” katanya. “Tiba-tiba, saya diberi tahu ‘saudara-saudaramu telah menjadi martir.'”
Di dekat Abu Taha, ayahnya Maher menangis saat berbicara tentang putranya.
“Mazen sudah mati, Mazen sudah mati, teman-teman! Mazen sudah mati,” ulangnya.
Maher kehilangan putranya, saudara-saudaranya, serta keponakan-keponakannya dalam pemogokan tersebut.
“Mazen membantu semua orang. Dia mendukung orang lain, dan mendukung saya, membuatkan saya teh di pagi hari, Mazen sekarang sudah meninggal,” imbuhnya.[Sdz]