ChanelMuslim.com- Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern menyampaikan pidato belasungkawa dalam peringatan 14 hari duka umat Islam di Hagley Park, Christchurch. Di hadapan ribuan hadirin, Ardern mengurai makna kata Assalamu’alaikum, Jumat (29/3).
“Kita berkumpul di sini, di hari ke-14 sejak serangan teroris pada 15 Maret lalu. Sejak itu, kita seperti kehilangan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan apa yang pantas untuk para korban.
“Kata-kata apa yang patut diucapkan terhadap keluarga korban dari 50 muslim yang meninggal dunia dan mereka yang masih terbaring untuk menjalani perawatan. Kata apa yang pantas untuk mengungkapkan keprihatinan sekaligus dukungan untuk mereka yang menjadi korban kebencian dan kekerasan di kota ini?
“Aku pikir tak ada. Dan ternyata, sebuah kata yang begitu sederhana akhirnya kutemukan. Kata itu adalah Assalamu’alaikum, kedamaian untuk kalian.
“Sebuah kata yang begitu sederhana, yang terus terucapkan oleh para tokoh muslim terhadap keluarga para korban dan teman-teman yang mereka cintai. Kata sederhana yang terbisikkan dari tempat tidur para korban di rumah sakit. Sebuah kata sederhana yang kerap kudengar di antara para keluarga korban.
“Assalamu’alaikum, kedamaian untuk kalian.
“Itulah kata-kata yang mereka ucapkan dalam sebuah masyarakat yang telah menghadapi mereka dengan kebencian dan kekerasan. Yang mestinya, kata-kata kemarahanlah yang mereka ucapkan sebagai balasan terhadap perlakuan yang mereka terima.
“Begitu pun kita yang kehilangan terhadap sesuatu yang tak ternilai, kita pun kesulitan menemukan kata-kata yang pas untuk mengungkapkan hal tersebut.
“Kita mungkin mengungkapkannya dengan bunga, menunjukkan ungkapan duka, atau menyanyikan lagu-lagu yang memalukan. Bahkan saat kita tak ada lagi-lagi kata-kata, kita masih tetap mendengar suara dari kalian. Sebuah ungkapan yang penuh dengan kerendahan hati dan membekas dalam pesan persatuan.
“Setelah 14 hari dari cerita kegelapan serangan teroris, sebuah kisah keberanian pun terungkap. Kisah yang terungkap dari mereka yang lahir, besar, dan tumbuh kembang di sini, atau mereka yang sudah menjadi Selandia Baru sebagai rumah mereka.
“Kisah-kisah itu, saat ini telah menjadi bingkai kenangan bersama. Dan hal itu akan menjadi kenangan kita selamanya. Karena mereka adalah kita.
“Namun, dengan kenangan itu ada tanggung jawab. Sebuah tanggung jawab yang membentuk kita untuk membangun harapan di tempat ini. Sebuah tempat yang selalu menerima dan mengakui keberadaan mereka. Nilai-nilai itulah yang sepatutnya menjadi bagian yang terbaik dari kita.
“Namun sebaliknya, segala hal buruk berupa virus kebencian dan kekerasan tak pantas ada di tempat ini. Atas nama apa pun, termasuk ras dan agama. Kekerasan dan sikap ekstrim dalam bentuk apa pun, tak pantas ada di sini. Dan dua pekan ini, kalian telah mengambil pelajaran terhadap hal tersebut.
‘Namun, kami memang bukan bangsa yang imun dari virus-virus tersebut. Virus kebencian dan kekerasan. Namun begitu, kita pun bukan bangsa yang tak mampu melakukan penyembuhan.
“Karena itu, semua kita bisa memulai dari sini. Kita mulai bangkit untuk bekerja seperti biasa. Tapi, jangan biarkan kami di pemerintahan untuk berjuang sendirian melawan kebencian dan kekerasan. Semua kita harus mengambil peran yang dimiliki, dalam pekerjaan, dan dalam kehidupan kita sehari-hari.
“Kepada masyarakat dunia yang ikut bergabung bersama kami. Mereka yang merangkul Selandia Baru dan masyarakat muslim, dan mereka yang ikut bergabung hari ini, kami ucapkan terima kasih. (mh/Theguardian.com)