ChanelMuslim.com – Indonesia kehilangan pakar Ushul Fiqih. Saya mengenalnya sejak sama-sama belajar di Al-Azhar. Kakak kelas. Namun lebih akrab saat kami menyelesaikan master di Sudan.
Oleh: Dr. Agus Setiawan, Lc., M.A.
Kebaikan dan kedermawanannya tak ada yang memungkiri. Masih teringat saat ‘numpang’ tinggal di rumah Beliau. Tak diperkenankan bayar. Masak bersama-sama dengan mahasiswa Indo lainnya. Makan bersama-sama.
Selesai S-3, beliaulah yang ngajak bergabung mengajar di Ma’had Nu’aimy.
Rajin baca dan diskusi. Hal ini juga menjadi keistimewaan almarhum. Saat santai. Di sela-sela masak. Dan berbagai momen lainnya selalu beliau jadikan waktu diskusi.
Hingga sekarang di grup wa, beliau bahkan selalu mengajak berdiskusi kepada ustaz-ustaz lain.
Keilmuan almarhum Dr. Taufik dalam Ushul Fiqih sangat dalam dan luas. Tema-tema kajiannya sangat menarik dan manhaji/sistematis.
Beliau sangat memegang teguh kebenaran. Masih teringat saat dipanggil oleh pihak kedubes RI di Sudan dan minta pandangan agar dibolehkan melaksanakan shalat Jumat di ruang serba guna.
Dengan tegas, beliau menolak. Karena sebelum dan sesudah shalat Jumat digunakan dangdutan. Bagaimana mungkin pas zuhur dipakai Jumatan. Lagi pula masjid banyak tersedia di Sudan.
Baca Juga: Ketika Suami Istri Berbeda Mazhab Fiqih
Indonesia Kehilangan Pakar Ushul Fiqih
Tawadhu dan menghormati orang lain. Kadang kami merasa malu. Almaghfuur lah Dr. Taufik tidak sungkan bertanya melalui japri atau telpon. Minta pandangan tentang masalah agama atau umum.
Padahal usia beliau, ilmu beliau di atas usia kami. Dan seingat kami, hampir beliau tidak membantah saran-saran kami. Subhanallah
Bakti kepada orang tua juga di antara keberkahan hidup beliau. Saat ini, beliau bahkan sudah dan sedang membangun pesantren di Cibatu Garut sebagai bakti kepada orang tuanya.
Tak cukup rasanya menulis kebaikan almarhum Dr. Taufik Hulaimi, Lc. MA. MEd
Jujur. Banyak sekali kenangan baik bersama beliau.
Saya, Agus Setiawan menjadi saksi antum orang baik ya, Ustazi. Sangat baik. Tunai sudah tugas antum di dunia sebagai hamba-Nya.
Kami kehilangan. Namun kami tidak berucap kecuali yang Allah ridhai
أنا لله و أنا اليه راجعون
Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu. Masih tak mampu menahan kesedihan.[ind]