Chanelmuslim.com – Keimanan dan loyalitas Hudzaifah tidak pernah goyah atau lemah. Bahkan, tidak mengenal kata “Tidak mungkin.”
Sewaktu Perang Khandaq, setelah menghantui pasukan kafir Quraisy dan sekutu-kutu mereka dari bangsa Yahudi, Rasulullah saw. ingin mengetahui perkembangan terakhir di perkemahan musuh.
Malam sangat gelap dan menakutkan. Angin topan dan badai menerpa seolah-olah hendak mencabut dan menggulingkan gunung-gunung yang berdiri kokoh di tempatnya. Pengepungan, sikap keras kepala, dan keteguhan, bercampur jadi satu menimbulkan kebimbangan dan kegelisahan. Kelaparan juga telah mencapai puncak yang mengkhawatirkan di kalangan kaum muslimin.
Siapakah kiranya yang masih memiliki kekuatan, lalu berani menembus malam yang mencekam itu, menyelinap ke perkemahan musuh untuk mengetahui kondisi mereka?
Rasul-lah yang akan memilih orang yang akan mengemban tugas berat ini.
Siapakah yang ternyata menjadi pahlawannya?
Tidak lain, dia adalah Hudzaifah bin Yaman.
Ia dipanggil oleh Rasulullah saw., dan ia sambut panggilan itu. Sebagai bukti kejujurannya, ketika ia mengisahkan peristiwa tersebut, ia menyatakan bahwa tidak ada pilihan baginya kecuali menerima tugas itu. Artinya, sebenarnya ia takut memikul tanggung jawab ini. Risikonya terlalu berat. Ia harus melakukannya di malam yang sangat gelap dan dingin, dalam keadaan lapar dan tubuh yang lemah, setelah sebulan atau lebih dalam pengepungan pasukan musuh.
Dan sungguh, peristiwa yang dialami oleh Hudzaifah malam itu, sangat menakjubkan. Ia berhasil melewati jarak yang terbentang di antara dua perkemahan, dan berhasil menembus kepungan, lalu menyelinap ke perkemahan musuh. Ketika itu, angin kencang telah memadamkan api-api yang digunakan sebagai penerang oleh pihak lawan hingga mereka berada dalam gelap gulita. Sementara itu, Hudzaifah ra. telah berada di tengah-tengah pasukan musuh.
Abu Sufyan, sang panglima besar Quraisy, takut kalau-kalau kegelapan malam itu dimanfaatkan oleh mata-mata kaum muslimin untuk menyusup ke perkemahan mereka. Ia pun berdiri untuk memperingatkan pasukannya. Hudzaifah yang berada di tengah mereka tentu mendengar peringatan keras itu.
“Hai orang-orang Qurasiy, hendaklah setiap orang dari kalian memperhatikan kawan duduknya, memegang tangan dan mengetahui siapa namanya.”
Hudzaifah menceritakan, “Aku langsung menjabat tangan laki-laki yang duduk di dekatku, dan bertanya, ‘Siapa kamu ini?’ Dia menjawab, ‘Fulan bin fulan.’”
Demikianlah siasat Hudzaifah mengamankan kehadirannya di tengah-tengah pasukan musuh.
Abu Sufyan berseru lagi kepada pasukannya, “Hai orang-orang Quraisy, kekuatan kita sudah tidak utuh lagi. Kuda-kuda kita telah binasa. Demikian halnya dengan unta-unta kita. Bani Quraidhah pun telah mengkhianati kita. Apa yang mereka lakukan benar-benar menyakitkan hati. Dan sebagaimana kalian saksikan sendiri, angin topan telah memorak-porandakan periuk-periuk, memadamkan api, dan menerbangkan kemah-kemah. Karena itu, pulanglah kalian! Aku pun akan pulang.”
Setelah berkata demikian, Abu Sufyan ke punggung untanya dan meninggalkan perkemahan, diikuti pleh pasukannya.
Hudzaifah berkata, “Kalau bukan karena pesan Rasulullah saw. kepadaku agar aku tidak mengambil tindakan apa pun sebelum menemui beliau, pasti aku sudah membunuh Abu Sufyan saat itu dengan anak panah.”
Hudzaifah kembali menemui Rasulullah saw., menceritakan keadaan musuh dan menyamapikan berita gembira itu. (bersambung/dn)
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom