ChanelMuslim.com – Pendidikan Islam di abad ke-21 Hackathon diadakan minggu lalu (26 Januari) di Akademi Makers, sebuah sekolah coding di pusat kota London.
Hackathon adalah pertemuan di mana programmer secara kolaboratif mengkode secara ekstrem selama periode waktu yang singkat. Hackathon setidaknya beberapa hari – atau lebih dari akhir pekan – dan umumnya tidak lebih dari seminggu. Saat mengerjakan proyek tertentu, idenya adalah agar setiap pengembang memiliki kemampuan dan kebebasan untuk mengerjakan apa pun (techopedia.com).
Acara ini dipimpin oleh Muslamic Makers dan Deen Developers, dua organisasi yang bermarkas di London yang berharap dapat menghubungkan para teknolog Muslim untuk menggunakan keterampilan mereka untuk komunitas mereka, lapor Religion News Service.
Sohaib Saeed, seorang penerjemah teks-teks Islam Skotlandia, adalah salah seorang yang hadir. Dia harus berkendara hampir 400 mil dari Glasgow, Skotlandia.
"Bidang saya adalah studi Islam, jadi saya tidak biasanya terlihat di Hackathons," kata Saeed, kepala penelitian di Bayyinah Institute, di mana ia berspesialisasi dalam studi dan penafsiran Alquran.
"Tapi saya datang karena saya melihat orang-orang tertarik untuk terlibat secara tulus untuk memajukan pembelajaran Islam."
Pengetahuan dan Pembelajaran
Di Hackathon ini, para peserta berharap untuk menciptakan tools untuk sesama Muslim Inggris untuk menutup celah dalam akses ke pengetahuan dan pembelajaran Islam tradisional.
"Sebagai profesional yang bekerja, kita sering jatuh ke dalam rutinitas: bangun, pergi bekerja, kembali, bersantai, berdoa, tidur, dan kembali melakukan semuanya lagi," Ibrahim Javed, pendiri Deen Developers dan seorang insinyur perangkat lunak di Deloitte, mengatakan kepada 50 peserta.
"Tetapi acara ini adalah bukti bahwa jika Anda menggunakan sedikit waktu dan memanfaatkan keterampilan yang Anda peroleh, Anda dapat mencapai sesuatu yang dapat bermanfaat bagi umat dan masyarakat."
Arfah Farooq, salah satu pendiri Muslamic Makers, mengatakan tujuan acara ini adalah untuk berkontribusi pada tantangan yang terkait dengan iman.
"Kami ingin menyatukan umat Muslim yang bekerja di bidang teknologi untuk saling mendukung dalam ruang yang tidak dirancang khusus untuk minuman keras, di mana ada ketentuan doa dan hal-hal seperti itu," Farooq mengatakan kepada Religion News Service.
"Jika ada organisasi seperti ini ketika saya mulai keluar jika ada ruang di mana saya tahu saya tidak perlu menyembunyikan agama dan identitas saya, di mana saya belajar bahwa saya dapat menuntut hak-hak saya, itu akan mengubah segalanya."
[My/aboutislam.net]