PAKAR perbandingan agama, Dr. Zakir Naik, bukan wahabi. Tuduhan ini dialamatkan padanya saat terjadi penolakan di Malang, Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Dai kondang asal India, Dr. Zakir Abdul Karim Naik, sempat diisukan Wahabi. Hal ini mencuat ketika terjadi penolakan kedatangannya di Malang Jawa Timur.
Namun begitu, isu negatif yang dihembuskan pihak-pihak tertentu ini tidak ampuh. Nyata, Zakir Naik masih bisa mengisi ceramah terbuka di Stadion Gajayana Malang. Ribuan orang menghadiri acara ini.
Tuduhan Wahabi
Entah apa sebab dan maksudnya, isu aliran Wahabi dihembuskan terhadap Dr. Zakir Naik. Mungkin karena penampilan atau karena pernah mendapat penghargaan dari Raja Salman pada tahun 2015.
Selain itu, putera alumnus dokter bedah di Mumbai India ini pun mengenyam pendidikan keislaman di Saudi. Namanya, Syaikh Fariq Naik. Dan sepertinya, Syaikh Fariqlah yang akan meneruskan tugas dakwah ayahannya.
Karena lokasi kuliah sang putera ini pula, tampaknya, Dr Zakir dihubung-hubungkan dengan pemahaman Wahabi.
Kenapa harus dengan tuduhan Wahabi?
Alasan sebenarnya memang belum jelas. Tapi, istilah Wahabi tampaknya begitu efektif untuk menjadi penghalang para dai yang akan berdakwah di Jawa Timur dan sekitarnya. Tuduhan ini pula pernah dialamatkan ke sejumlah dai lain seperti Ustaz Hanan Attaqi.
Dr. Zakir bukan Wahabi
Istilah Wahabi hampir identik dengan mereka yang menuduh kelompok lain dengan pelaku bid’ah, sesat, dan lainnya.
Dan hal ini sama sekali tidak dilakukan Zakir Naik. Ia hanya fokus mengangkat perbandingan agama, khususnya Islam dan Nasrani. Dan selama ceramahnya, ayah tiga anak ini sama sekali tidak pernah memaksa peserta non muslim yang hadir untuk masuk Islam.
Selain itu, Dr. Zakir Naik pernah meluruskan tuduhan negatif terhadap Jamaah Tablig. Hal ini karena pihak Arab Saudi menolak dakwah jamaah ini.
Menurut Zakir Naik, seperti yang ditayangkan melalui Youtube, tidak ada yang salah dari jamaah Tablig. Bahkan, ia pernah bergabung dengan jamaah ini saat masih kuliah dulu.
“Saya pernah ikut khuruj (istilah dakwah dari jamaah Tablig) tiga kali,” ucapnya.
Bahkan, beliau pernah mengikuti program ijtima’ atau pertemuan tahunan Jamaah Tablig yang dihadiri dari lintas negara.
Rasanya tidak pantas lagi menuduh dengan cap negatif tertentu terhadap dakwah Islam. Karena dakwah Islam tidak pernah memaksa, tapi memberi hujjah atau argumentasi.
Nah, silakan adu argumentasi. Bukan melontarkan tuduhan yang negatif. [Mh]