Konferensi Tahunan Internasional ketiga tentang Islam dan Dilema Etis Kontemporer diresmikan di ibukota Belgia, Brussels, pada hari Sabtu 14 Maret lalu menyajikan wawasan tentang Islam dan etika global.
“Kita sedang membayar harga sebuah konsepsi pembatasan tertentu yang mengatakan Islam hanya dengan Fiqh,” ujar Dr. Tariq Ramadan, direktur Pusat Penelitian Legislasi dan Etika Islam (CILE) pada acara tersebut.
Dalam pidatonya yang berjudul “Etika global dan Etika Terapan”, Dr Ramadan menyajikan gambaran dari tiga sumber utama etika Islam yaitu fiqh, filsafat-teologi dan tasawuf, dalam upaya untuk membantu peserta memahami bagaimana nilai-nilai etika dan prinsip-prinsip Islam dari dalam.
Dr. Ramadan juga mendesak umat Islam untuk masuk lebih dalam memahami tujuan Islam, dan tidak hanya berhenti pada tingkat Fiqh.
Dia memberi contoh dari warisan Islam yang kaya dengan akademisi Muslim seperti Al-Ghazali, Ibnu Rusy dan cendekiawan Muslim terkemuka intelektual lainnya.
Konferensi tahun ini diselenggarakan oleh CILE bekerjasama dengan Jaringan Islam Eropa (EMN), dan dihadiri oleh para peneliti dan akademisi dari Belgia dan sejumlah negara Eropa dan lainnya di seluruh dunia.
KOnferensi juga menarik khalayak Muslim yang besar dari Brussels, yang berdiri dalam antrian panjang karena semua tiket terjual habis selama konferensi.
Konferensi pada tahun ini juga berfokus pada empat bidang utama: Islam & Sains, Ekonomi & Keuangan, Wacana Islam dan Isu Gender.
Di akhir sambutannya, Dr. Ramadan menekankan bahwa tujuan yang lebih tinggi bagi seorang Muslim adalah mencapai kondisi damai, untuk menjadi agen perdamaian dalam masyarakat serta untuk sesama manusia.
Dia menambahkan bahwa Nabi saw, digambarkan dalam Al Qur’an sebagai rahmat bagi semesta alam. Dia juga mendesak umat Islam untuk terlibat dalam dialog kritis agar dapat kembali pada posisi intelektual dan ilmiah terkemuka di dunia saat ini.[af/onislam]