MENUMBUHKAN kehangatan dalam keluarga tidak hanya dibangun oleh komunikasi. Akan tetapi, lebih jauh dari itu, kehangatan dibangun oleh interaksi dan transaksi antaranggota keluarga yang dipraktikkan dalam sikap.
Ustazah Eko Yuliarti Siroj, S.Sos., M.Si. mengatakan bahwa interaksi merupakan sikap apa adanya, sementara transaksi adalah sikap sadar yang dilakukan anggota keluarga.
“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memiliki berbagai cara untuk menghangatkan hubungan dalam keluarganya. Baik dengan istri-istrinya, dengan putrinya maupun dengan cucu-cucunya,” jelas Ustazah Eko, Kamis (19/8) dikutip dari Majelis Manis.
Kedudukannya sebagai utusan Allah tidak membuat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjadi orang yang eksklusif dan kehilangan sifat-sifat kemanusiaannya.
Wibawa kenabian tidak menghalangi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam untuk selalu hangat, lemah lembut dan penuh kasih sayang kepada keluarganya.
Aisyah radhiyallahu anha bertutur: “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memanggilku untuk menonton orang-orang Habasyah yang sedang memainkan pedang runcing mereka di masjid pada suatu hari raya.
Beliau bersabda: ‘Wahai Humaira, apakah engkau ingin melihat mereka lebih jelas?’ Aku menjawab: ‘Tentu saja’. Maka beliau menyuruhku berdiri di belakangnya dan menggeser pundaknya agar aku bisa melihat mereka.
Aku pun menyimpan daguku di bahunya dan menyandarkan wajahku di pipinya sehingga aku bisa menonton dari atas pundaknya.
Beberapa waktu berselang, beliau bertanya: ‘Wahai Aisyah, apakah engkau sudah kenyang (menonton)?’ Aku menjawab: ‘Belum.’ Sungguh aku ingin melihat kedudukanku di sisinya sampai aku kenyang.”
Aisyah menjelaskan: “Aku tidak suka dengan tontonan permainan pedang itu, tapi aku ingin Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan pesan kepada kaum perempuan, bagaimana kedudukannya bagiku dan bagaimana kedudukanku di sisinya. Namun, mereka mengira aku bagai anak gadis yang masih muda yang masih suka dengan permainan.” (HR Bukhori – Muslim).
Baca Juga: 5 Cara Mewujudkan Kehangatan dalam Keluarga
Begini Cara Rasulullah Menumbuhkan Kehangatan dalam Keluarga
Aisyah radhiyallahu anha juga menceritakan bahwa suatu saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pulang dari perang Tabuk atau perang Hunain.
Aisyah menutupi kotak miliknya yang tiba-tiba penutupnya tertiup angin dan terbukalah isi kotak itu. Ternyata di dalamnya tersimpan boneka-boneka mainan Aisyah.
Sambil tersenyum Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertanya : “Apa ini wahai Aisyah?” Dengan tersipu malu Aisyah menjawab: “Boneka-bonekaku ya Rasulullah.”
Beliau melihat salah satunya boneka kuda yang dijahitkan tambahan sayap oleh Aisyah. Beliau bertanya: “Ini apa yang berada di tengah-tengah itu?”
Aisyah menjawab : “Itu kudaku.” Beliau bertanya : “Ada apa yang menempel di badannya?” Aisyah menjawab: ”Dua sayap.”
Rasulullah bertanya: “Apakah kuda memiliki sayap?” Aisyah menjawab : “Aku mendengar Nabi Sulaiman alaihissalam punya kuda yang memiliki banyak sayap.” Maka Rasulullah pun tertawa sampai nampak gigi taringnya. (HR Abu Daud)
Ahmad, Abu Daud dan An-Nasai meriwayatkan bahwa Aisyah radhiyallahu anha menceritakan saat ia dalam safar bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Rasulullah menyuruh para sahabat untuk jalan lebih dahulu.
Beliau pun mengajak Aisyah untuk lomba berlari. Saat itu, Aisyah masih ramping dan memenangkan lomba lari tersebut.
Di lain waktu, saat Aisyah sudah bertambah subur badannya, pada suatu safar, Rasulullah mengajaknya lomba lari lagi dan mempersilakan para sahabat jalan terlebih dahulu.
Aisyah berkata : “Bagaimana aku mengalahkanmu dengan badanku yang berat ini ya Rasulullah?” Kemudian beliau menjawab: “Coba saja dulu.”
Dan ternyata benar saja, Rasulullah memenangkan lomba lari itu. Sambil tertawa beliau berkata: “Ini sebagai pembanding untuk kekalahan saat itu.”
Rasulullah juga tanpa ragu menyimpan bibirnya di bekas bibir Aisyah saat minum dari gelas yang sama bahkan Ketika Aisyah sedang haid.
Kehangatan dibangun dan ditunjukkan Rasulullah untuk menjaga perasaan istrinya yang sedang haid. Sebagai penegasan bahwa beliau tetap mencintainya dan tidak mencampakkannya.
Demikianlah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membangun dan menumbuhkan hubungan yang hangat dengan istrinya.
“Cermin akan sikapnya memuliakan perempuan dan sangat menghargai perasaannya. Di sinilah letak kekuatan kepemimpinan Rasulullah dalam keluarga. Menjaga hati dan jiwa anggota keluarga agar terus hangat,” tambah Ustazah Eko.
Karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyadari bahwa hati yang hangat akan membawa kedamaian untuk sekitar. Hati yang hangat akan memancarkan semangat kepada lingkungan sekitarnya.
Dan hati yang hangat akan menghidupkan cita-cita besar dan menjadi penopang bergulirnya pekerjaan-pekerjaan besar.
Keseriusan beliau dalam menerapkan syariát yang ditetapkan Allah tidak menghalangi beliau untuk menikmati romantisme bersama keluarga.
Posisi beliau sebagai pemimpin umat tidak menjadikannya selalu tegang di tengah keluarga. Dan wibawa beliau sebagai utusan Allah tidak membuatnya berjarak, dingin dan keras kepada keluarganya.
“Bahkan sebaliknya, beliau menampakkan sikap santun, penuh kasih sayang, penuh penghargaan, hangat, humoris dan sangat egaliter,” tutupnya.
Dengan cara inilah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membangun kepemimpinan (qowwamah) yang kuat dalam keluarganya. Bagaimana dengan kita? Wallahu a’lam bish showab.[ind]