ChanelMuslim.com – Kasus penyakit difteri yang sedang meningkat,
mengundang munculnya himbauan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tentang peningkatan himbauan terhadap kasus difteri. Pada laman resmi IDAI pada 30 November lalu, sehubungan dengan peningkatan kasus difteri di beberapa wilayah Indonesia, maka IDAI mengingatkan beberapa perihal terkait difteri.
Pertama, tentang penyakit difteri yang dinyatakan sangat menular dan berakibat menyebabkan kematian. Namun, penyakit difteri dapat dicegah dengan melakukan imunisasi sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Imunisasi adalah perlindungan terbaik terhadap kemungkinan tertular penyakit difteri, dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta. Agar memiliki hasil maksimal dianjurkan untuk melakukan imunisasi lengkap DPT/DT/Td anak sesuai jadwal imunisasi anak Kementerian Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Imunisasi difteri lengkap yaitu sebagai berikut:
1. Usia kurang dari 1 tahun harus mendapatkan 3 kali imunisasi difteri (DPT).
2. Anak usia 1 sampai 5 tahun harus mendapatkan imunisasi ulangan sebanyak 2 kali.
3. Anak usia sekolah harus mendapatkan imunisasi difteri melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) siswa sekolah dasar (SD) kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 atau kelas 5.
4. Setelah itu, imunisasi ulangan dilakukan setiap 10 tahun, termasuk orang dewasa. Apabila status imunisasi belum lengkap, segera lakukan imunisasi di fasilitas kesehatan terdekat.
Setiap penyakit tentu saja memberikan gejala awal di masa terjangkitnya. Begitupun dengan penyakit difteri. Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit difteri perlu mengenal gejala awal difteri. Gejala awal difteri bisa tidak terlalu spesifik, seperti:
1. Demam tidak tinggi
2. Nafsu makan menurun
3. Lesu
4. Nyeri menelan dan nyeri tenggorok
5. Sekret hidung kuning kehijauan dan bisa disertai darah
Namun memiliki tanda khas berupa selaput putih keabu-abuan di tenggorok atau hidung, yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher atau disebut sebagai bull neck. Untuk itu segera ke fasilitas kesehatan terdekat apabila anak anda mengeluh nyeri tenggorokan disertai suara berbunyi seperti mengorok (stridor) atau pembesaran kelenjar getah bening leher, khususnya anak berumur < 15 tahun.
Anak harus segera dirawat di rumah sakit apabila dicurigai menderita difteri agar segera mendapat pengobatan dan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah anak benar menderita difteri. Apabila anak didiagnosis difteri, akan diberikan tatalaksana yang sesuai termasuk perawatan isolasi
Untuk memutuskan rantai penularan, seluruh anggota keluarga serumah harus segera diperiksa oleh dokter dan petugas dari Dinas Kesehatan, serta mendapat obat yang harus dihabiskan untuk mencegah penyakit, apakah mereka juga menderita atau karier (pembawa kuman) difteri dan mendapat pengobatan.
Anggota keluarga yang tidak menderita difteri, segera dilakukan imunisasi DPT/DT/Td sesuai usia. Semua pekaksanaan tersebut tentu harus mendapatkan petunjuk dari Dokter dan Petugas Kesehatan setempat.
IDAI juga mennerangkan setelah imunisasi DPT, kadang-kadang timbul demam, bengkak dan nyeri ditempat suntikan DPT, yang merupakan reaksi normal dan akan hilang dalam 1-2 hari. Bila anak mengalami demam atau bengkak di tempat suntikan, boleh minum obat penurun panas parasetamol sehari 4 x sesuai umur, sering minum jus buah atau susu, serta pakailah baju tipis atau segera berobat ke petugas kesehatan terdekat.
Anak dengan batuk pilek ringan dan tidak demam tetap bisa mendapatkan imunisasi DPT/DT/Td sesuai usia. Jika imunisasi tertunda atau belum lengkap, segera lengkapi di fasilitas kesehatan terdekat. (Wnd/IDAI)