ChanelMuslim.com – Negara Rusia dan Ukraina sebabkan tagar World War 3 kembali Viral. Saat ini, kedua negara tersebut sedang berkonflik panas sehingga bisa menyebabkan perang besar yang memiliki dampak bagi Indonesia.
Kamis, (24/2/2022), Presiden Rusia, Vladimir Putin telah memerintahkan untuk melakukan penyerangan terhadap Pangkalan Udara milik Ukraina.
Baca Juga: Kisah Ibu dan Anak yang Terjun di Medan Perang Melindungi Rasulullah
Rusia dan Ukraina Sebabkan Tagar World War 3 kembali Viral, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Penyerangan itu lantas membuat masyarakat dunia heboh, termasuk di Indonesia sendiri.
Tagar World War 3 kembali muncul yang mana sebelumnya juga pernah muncul ketika Amerika membunuh Jenderal Iran, Qasem Soleimani pada 2020 lalu.
Untungnya, saat itu tidak benar-benar terjadi saling serang yang bisa membuat dunia dilanda kepanikan. Akan tetapi, tagar WW 3 kembali muncul lagi karena Rusia memang sudah mengumumkan akan melakukan invasi militer.
Terlihat, Rusia serius dengan rencananya dari penyerangan yang sungguh dilakukan oleh mereka. Dikutip dari Aljazeera, konflik antara kedua negara tersebut berawal dari bulan November 2021.
Dijelaskan bahwa saat itu, adanya penumpukan pasukan baru Rusia di perbatasan Ukraina.
Dari sinilah Ukraina menuduh Rusia telah memobilisasi 100 ribu tentara yang lengkap dengan tank serta peralatan militer lainnya.
Sementara itu, Rusia juga mengajukan tuntutan keamanan kepada Barat agar NATO menghentikan semua aktivitas militer di Eropa timur dan Ukraina.
Rusia meminta agar Ukraina atau negara-negara bekas Uni Soviet tidak diterima sebagai anggota North Atlantic Treat Organization (NATO). NATO adalah organisasi militer yang bertujuan menjaga keamanan di Eropa Barat.
Jadi, bisa dibilang bahwa salah satu penyebab sampai terjadinya konflik adalah ketika Ukraina yang sangat ingin bergabung ke NATO.
Seperti diketahui, Ukraina merupakan salah satu negara pecahan Soviet. Sementara itu, NATO memang merupakan organisasi militer yang saat itu berlawanan dengan Uni Soviet.
Akan tetapi, sebenarnya, konflik Rusia dan Ukraina bisa dibilang merupakan konflik dengan sejarah yang panjang.
Dilansir dari BBC, pada Maret 2014, Rusia mencaplok Krimea, semenanjung otonom di Ukraina selatan dengan loyalitas Rusia yang kuat. Pencaplokan itu dilakukan dengan alasan bahwa Rusia membela kepentingannya dan kepentingan warga negara yang berbahasa Rusia.
Baca Juga: Perwakilan Khusus untuk Perangi Islamofobia akan Ditunjuk di Kanada
Dampak Perang Rusia dan Ukraina bagi Indonesia
Dikutip dari detik.com, Pakar Hubungan Internasional (HI) Radityo Dharmaputra menjelaskan bahwa perang Rusia dan Ukraina ini ternyata memberi dampak juga bagi Indonesia.
Dampaknya yang pertama adalah tentunya dari segi ekonomi. Harga minyak dunia akan melonjak dan mungkin aktivitas impor dan ekspor ke Ukraina akan terganggu.
Selain itu, dari segi politiknya, akan ada anggapan bahwa negara bisa menginvasi negara tetangga dengan dalih kesamaan etnis. Hal ini tentunya sangat berbahaya dan mengancam karena banyak negara di Asia dan Afrika yang multietnis.
Radityo menyebut dampaknya juga bisa berhubungan dengan posisi Tiongkok. Sebab, situasi Ukraina ini bisa paralel dengan Taiwan dan Laut Cina Selatan.
Sementara itu, dikutip cnnindonesia.com, Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada, Muhadi Sugiono menganggap konflik dua negara tersebut saat ini juga menjadi tantangan kepemimpinan Indonesia di G20.
Alasannya adalah karena konflik Rusia dan Ukraina ini tidak hanya melibatkan kedua negara tersebut, tapi juga Amerika Serikat, Uni Eropa, hingga NATO yang mana sebagian besar pihak yang berkonflik itu merupakan anggota G20.
Oleh sebab itu, dikhawatirkan hal ini justru menganggu agenda G20 yang telah direncanakan, sehingga forum kerja sama itu tidak maksimal dan berdampak pada perekonomian banyak negara.
Pada intinya, masyarakat dunia berharap agar konflik antara Rusia dan Ukraina tidak sampai benar-benar menimbulkan perang dunia.
Sebab, perang dunia 1 dan 2 sudah cukup menjadi bukti bahwa perang menimbulkan kehancuran yang besar tidak hanya bagi negara yang berkonflik, tapi juga terhadap seluruh dunia. [Cms]