ChanelMuslim.com – Sakit Hati Bilal karena Abu Dzar Al Ghifari
Suatu hari para sahabat duduk di majelis, sementara Rasulullah SAW tidak bersama mereka. Khalid bin Walid, Abdurrahman bin Auf, Bilal, dan Abu Dzar duduk di dalam majelis. Abu Dzar adalah orang yang memiliki ketajaman dan temperamen tinggi.
Orang-orang berbicara mengenai satu topik pembicaraan. Lalu Abu Dzar berbicara dan menyampaikan sebuah usulan, “Aku mengusulkan agar pasukan diperlakukan demikian dan demikian.”
Baca Juga: Abu Idris Al-Khaulani, Selalu Konsisten Menegakkan Keadilan
Sakit Hati Bilal karena Abu Dzar Al Ghifari
Tiba-tiba Bilal menimpali, “Tidak, itu adalah usulan yang salah.”
Lantas Abu Dzar berkata, “Beraninya kamu menyalahkanku, wahai anak wanita berkulit hitam?”
“Lâ Ilâha illallâh! Bercerminlah engkau. Lihatlah siapa dirimu sebenarnya?”
Seketika itu Bilal berdiri dengan terkejut dan marah sejadi-jadinya sambil berkata, “Demi Allah, aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah SAW,” lalu Bilal pun pergi kepada Rasulullah SAW.
Ketika Bilal sampai kepada Rasulullah SAW, dia berkata, “Wahai, Rasulullah. Maukah engkau mendengar apa yang telah dikatakan oleh Abu Dzar kepadaku?”
Rasulullah saw. menjawab, “Apakah yang telah dikatakannya?”
Bilal berkata, “Dia telah berkata begini dan begitu.”
Seketika itu rona muka Rasulullah SAW berubah.
Lalu Abu Dzar bergegas datang dengan tergopoh-gopoh. Dia berkata, “Wahai, Rasulullah. Assalâmu ‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.”
Ketika itu Rasulullah sangat marah, hingga dikatakan, “Kami tidak tahu apakah Nabi menjawab salamnya atau tidak.”
Nabi bersabda, “Wahai, Abu Dzar. Engkau telah menghinakannya dengan merendahkan ibunya. Di dalam dirimu terdapat sifat jahiliyah.”(HR. Bukhari).
Kalimat tersebut terdengar bagaikan petir di telinga Abu Dzar. Lantas dia menangis, dan menghampiri Rasulullah, lalu berkata, “Wahai, Rasulullah. Beristigfarlah untukku. Mintakanlah ampunan dari Allah untukku.” Kemudian dia keluar dari masjid sambil menangis.
Abu Dzar pergi dan meletakkan kepalanya di atas tanah yang dilalui Bilal. Lalu Bilal menghampirinya.
Umar berkata, “Abu Bakar adalah sayyid (tuan) kami, dan dia telah memerdekakan sayyid kami, yaitu Bilal.”
Abu Dzar menghempaskan pipinya ke atas tanah, dan berkata, “Demi Allah, wahai Bilal. Aku tidak akan mengangkat pipiku, kecuali engkau menginjaknya dengan kakimu. Engkaulah orang yang mulia dan akulah yang hina.”
Allah akan meninggikan kedudukanmu, wahai Abu Dzar, sampai batas ini. Sungguh, itulah didikan Islam, dan kehidupan di bawah naungan Al-Qur’an.
“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahagagah lagi Mahabijaksana.” (Al-Anfal: 63).
Lantas Bilal pun menangis melihat pemandangan tersebut. Siapa yang tidak luruh hatinya melihat hal demikian?
Simaklah apa yang membuat Bilal sakit hati, yaitu perkataan Abu Dzar tentang nasab ibunya yg seolah-olah menghina. Perhatikan bagaimana Rasulullah marah dan berkata masih ada kejahiliyahan dlm diri Abu Dzar… teguran Rasulullah membuat Abu Dzar sadar bahwa kemulian tidaklah karena rupa, harta dan keturunan…lihatlah bagaimana Abu Dzar meminta maaf pada Bilal…hal itu dilakukan tiada lain karena Abu Dzar takut Allah murka….
Sekarang ini kita lihat berapa banyak orang yang memanfaatkan kekurangan fisik, atau berbohong akan nasab seseorang hanya agar dianggap lucu, menjadi bahan lawakan.
“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela,” (QS Al-Humazah : 1)
celakalah orang yang berbohong mencela baik fisik ataupun nasabnya hanya untuk ditertawakan orang lain. (w)
*Kajian Tafsir Al Humajah oleh Ust. Rofiq Hidayat, Lc