ChanelMuslim.com – Sudah dengar series Layangan Putus? atau sudah menontonnya? Ya, series yang akhir-akhir ini sedang naik daun ini mengisahkan tentang konflik rumah tangga akibat adanya orang ke tiga dalam kehidupan pasangan suami istri ini.
Cappadoci sebuah daerah bersejarah di Anatolia Tengah, Turki, sempat disebut di dalam adegannya. Daerah ini menjadi impian sang istri untuk dikunjungi bersama suaminya, namun ternyata justru dijadikan destinasi berlibur sang suami dengan selingkuhannya.
Baca Juga: Destinasi Wisata Balon Udara di Indonesia ala Cappadocia
Bukan Hanya Tentang Layangan Putus, Cappadocia Saksi Perjuangan Islam
Ets, cukup kita tidak akan bahas lebih dalam mengenai series ini. Mari kita tilik sisi lain dari Cappadoci yang menjadi saksi bisu perjuangan para pahlawan Islam dalam mempertahankan kekuatan dan kekuasannya.
Dalam laman twitter Generasi Shalahuddin menyebutkan bahwa Cappadocia sering menjadi rute perjalanan pasukan Muslim melawan tentara Romawi sebab ia terletak di antara teritori Romawi dan Umat Islam.
Kaisah Romawi Nikephoros I suatu hari di tahun 806 M pernah menghina dan merendahkan Harun ar-Rasyid, Khalifah Abbasiyah, serta merusak perjanjian antara Romawi dan Abbasiyah.
Geram akibat ulah Romawi ditambah ia telah melanggar perjanjian, Harun Ar-Rasyid bersama 130 ribu pasukan melakukan serbuan menyerang Romawi sampai tumbang dan menaklukkan wilayah Cappadocia.
Kisah lainnya yang menjadi bukti bahwa Cappadocia adalah saksi bisu perjuang umat Islam yaitu keberangkatan puluhan ribu Muslim menyelamatkan seorang Muslimah yang disekap di bentang kota Amorium, Romawi Timur.
Hal ini terjadi mula-mula saat Muslimah tersebut tertangkap oleh tentara Romawi dan berteriak “Tolonglah aku wahai Al-Mu’tashim!”
Al-Mu’tashim adalah salah satu Khalifah Abbasiyah. Setelah berita penangkapan Muslimah itu sampai kepada Al-Mu’tashim Billah, ia mengerahkan puluhan ribu tentaranya untuk pergi menuju Romawi Timur. Mereka pergi melalui Cappadocia dan berhasil menaklukkan kota Amorium pada tahun 223 H.
Cappadocia juga di tahun-tahun menjelang keruntuhan Utsmani menjadi tempat yang banyak dihuni oleh komunitas Kristen dan Muslim yang hidup berdamping dengan harmonis. [Ln]