ChanelMuslim.com – Arisan hingga saat ini masih menjadi agenda utama dalam perkumpulan ibu-ibu. Bagaimanakah hukumnya dalam Islam? Mari kita simak penjelasan dari Ustadz Farid Nu’man Hasan.
Artikel ini adalah kelanjutan dari Arisan, Inilah Hukumnya dalam Islam (1)
Kaidah ini memiliki makna yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Mereka dibebaskan untuk melakukan apa saja dalam hidupnya baik dalam perdagangan, politik, pendidikan, militer, keluarga, dan semisalnya, selama tidak ada dalil yang mengharamkan, melarang, dan mencelanya, maka selama itu pula boleh-boleh saja untuk dilakukan. Ini berlaku untuk urusan duniawi mereka. Tak seorang pun berhak melarang dan mencegah tanpa dalil syara’ yang menerangkan larangan tersebut.
Oleh karena itu, Imam Muhammad At Tamimi Rahimahullah sebagai berikut menjelaskan kaidah itu:
أن كل شيء سكت عنه الشارع فهو عفو لا يحل لأحد أن يحرمه أو يوجبه أو يستحبه أو يكرهه
“Sesungguhnya segala sesuatu yang didiamkan oleh Syari’ (pembuat Syariat) maka hal itu dimaafkan, dan tidak boleh bagi seorang pun untuk mengharamkan, atau mewajibkan, atau menyunnahkan, atau memakruhkan.” (Imam Muhammad At Tamimi, Arba’u Qawaid Taduru al Ahkam ‘Alaiha, Hal. 3. Maktabah Al Misykah)
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah mengatakan:
وهو سبحانه لو سكت عن إباحة ذلك وتحريمه لكان ذلك عفوا لا يجوز الحكم بتحريمه وإبطاله فإن الحلال ما أحله الله والحرام ما حرمه وما سكت عنه فهو عفو فكل شرط وعقد ومعاملة سكت عنها فإنه لا يجوز القول بتحريمها فإنه سكت عنها رحمة منه من غير نسيان وإهمال
Dia –Subhanahu wa Ta’ala- seandainya mendiamkan tentang kebolehan dan keharaman sesuatu, tetapi memaafkan hal itu, maka tidak boleh menghukuminya dengan haram dan membatalkannya, karena halal adalah apa-apa yang Allah halalkan, dan haram adalah apa-apa yang Allah haramkan, dan apa-apa yang Dia diamkan maka itu dimaafkan. Jadi, semua syarat, perjanjian, dan muamalah yang didiamkan oleh syariat, maka tidak boleh mengatakannya haram, karena mendiamkan hal itu merupakan kasih sayang dariNya, bukan karena lupa dan membiarkannya. *(I’lamul Muwaqi’in, 1/344-345)*
Imam Al Qalyubi berkata tentang hukum arisan:
Pertemuan bulanan yang biasa dilakukan kaum wanita dimana masing masing dipungut iuran lalu salah seorangnya mendapatkannya, lalu terus berlangsung satu persatu dapat bagiannya sampai selesai. Semua ini BOLEH. (Hasyiyah Al Qalyubi wa ‘Amirah, 2/258)
Catatan:
– Uang total arisan hendaknya bulat jangan dipotong agar tidak ada yang dizalimi.
– jika ada konsumsi maka pakailah sumber dana lain, uang kas misalnya.
– jika mau memberikan upah kepada pengelola itu juga diambil dari sumber lain. Dengan akad ijarah (sewa) terhadap jasanya; tenaga dan waktunya.
Demikian. Wallahu a’lam
[Ln]