ChanelMuslim.com– Demensia atau pikun merupakan hal wajar yang dialami lansia. Namun pada kondisi tertentu, demensia bisa menurunkan fungsi kognisi sehingga mengganggu aktifitas.
Pada demensia berat, lansia tidak dapat membantu dirinya sendiri sehingga membutuhkan bantuan orang lain.
Demikian disampaikan dr. Naning Wahyu Febriani saat menjadi narasumber Sekolah Lansia Salimah (Salsa) Tulungagung pada Ahad (16/1) pagi di Sekretariat Salimah, Bago Tulungagung.
“Terdapat dua jenis dimensia yang paling umum, yaitu Alzheimer dan demensia vaskuler,” ungkapnya.
Alzheimer paling sering terjadi, masih menurut dr. Naning Wahyu Febriani, sekitar 60 sampai 70 persen kejadian. Alzheimer menyerang area kognisi atau kepintaran.
“Dimensia vaskuler menempati urutan kedua. Demensia jenis ini terjadi karena kerusakan otak yang disebabkan gangguan aliran darah ke otak atau stroke,” lanjut dokter yang juga menjadi wakil ketua Salimah Tulungagung ini.
Naning menjelaskan, ada 10 gejala umum Demensia Alzheimer. Pertama adalah gangguan daya ingat. Mereka sering lupa dengan hal yang baru saja terjadi atau mengulang cerita yang sama dalam percakapan.
Kedua adalah sulit fokus, sehingga mereka kesulitan beraktifitas sehari-hari. Akibatnya, mereka sulit melakukan perhitungan sederhana dan butuh waktu lebih lama untuk melakukan suatu pekerjaan.
Ketiga adalah sulit melakukan kegiatan familiar seperti menyelesaikan tugas sehari-hari.
Keempat adalah disorientasi waktu atau tempat. Mereka sering bingung di mana mereka berada dan tidak tahu jalan pulang sehingga sering kesasar. Mereka juga sering salah mengenali waktu.
Jadi jangan heran jika mereka tiba-tiba melakukan aktifitas yang tidak sesuai waktunya, seperti Shalat Dhuhur pada waktu tengah malam.
Kelima, kesulitan memahami visuospasial yang ditandai dengan kesulitan membaca, mengukur jarak, tidak mengenali wajah sendiri di cermin, atau sering menabrak pintu kaca atau cermin.
Keenam adalah gangguan komunikasi seperti kesulitan berbicara atau menentukan kata yang tepat untuk diucapkan.
Ketujuh, menaruh barang tidak pada tempatnya karena lupa. Akibatnya, mereka sering menuduh orang lain menyembunyikan barang atau mencurinya.
Kedelapan adalah salah membuat keputusan seperti memakai baju tidak serasi, tidak bisa merawat diri sendiri dengan baik, atau tidak dapat memperhitungkan pembayaran dalam transaksi.
Kesembilan adalah menarik diri dari pergaulan. Ini terjadi karena mereka mengalami gangguan dalam berkomunikasi sehingga hilang semangatnya untuk berkumpul atau bersosialisasi dengan keluarga atau teman.
Terakhir adalah perubahan perilaku dan kepribadian yang ditandai dengan emosi yang berubah secara drastis.
“Mereka mudah marah, tersinggung, curiga, atau kecewa dengan orang-orang di rumah atau teman kerja,” terang ibu empat putra ini.
Jika mendapati gejala-gejala di atas, Naning menyarankan lansia untuk melakukan konsultasi dengan dokter. Demensia tidak bisa diobati, namun bisa dihambat keparahannya.
Menurutnya, kita bisa melakukan terapi okupasi, yaitu sering melakukan kegiatan yang mengasah otak seperti membaca Al Qur’an, buku atau majalah atau aktifitas lain yang merangsang otak sehingga otak tidak menganggur.
“Lansia bisa bergaul, bertemu dengan orang lain, mengeluarkan isi pikiran melalui buku harian atau membuat rekaman tentang diri sendiri. Intinya adalah membuat diri kita bahagia dan tidak stres,” kata dokter yang bertugas di Puskesmas Tulungagung Jawa Timur ini.
Untuk mencegah demensia vaskuler, kita bisa mengaturnya melalui gaya hidup sehat, mengatur pola makan, olahraga, menghindari hipertensi dan diabetes.
“Intinya adalah menghindari faktor pemicu stroke yang bisa menyebabkan kerusakan pada otak,” pungkas Naning. [Mh/fat, Salimah]