Alhamdulillah tidak bilang semoga samawa ya Mam, seperti kami. Hehe.
Dari dulu rumah tangga kami baik-baik saja. Namun, ada kalanya kurang baik. Ada kalanya biasa saja dan seketika luar biasa.
Dan itu biasa. Namanya saja rumah tangga. Banyak tangga-tangga peristiwa. Perbedaan pendapat itu biasa. Bahkan berbahaya bila istri tidak boleh berpendapat apa pun.
Semua karya saya adalah karena suami yang mendukung dengan caranya. Tidak mudah menjadi suami yang ditinggalkan istrinya dua pekan ke Eropa untuk study.
Baca juga: Our Beloved Teacher
Tidak mudah jadi suami yang masak sendiri dan kondangan sendirian karena sang istri sibuk tesis S3 di Amerika suatu masa dulu. Dan tetap setia. Tak ada goncangan karena ada istana kedua.
Bersikap dewasa, membangun rumah tangga adalah membangun istana di surga. Penuh dengan pahatan, kerikil dan debu yang berjatuhan.
Namun yang pasti semua itu bisa jadi malah menguatkan. Bisa jadi permintaan dan tuntutan adalah cara untuk perbaiki diri. Semakin kokoh rumah tangga itu semakin banyak pula kerikil dan batu yang dibutuhkan.
Berumahtangga bukan berarti kita mengubah manusia. Hati tak dapat dibeli, tapi dapat dimaklumi.
Berdiri di atas sepatunya, menyesuaikan kaki agar paham kaus kaki apa yang dibutuhkan olehnya dan mengapa dia menjerit ketika diberikan kaus kaki tebal.
“Oh sebab sepatunya kekecilan.”
Allah berfirman, “Istri-istri yang kamu khawatirkan akan melakukan perbuatan nusyuz maka nasihatilah mereka, pisahkan diri dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka sudah sadar, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka, sesungguhnya Allah Maha Tinggi Lagi Maha Besar.” (QS. An-Nisa’: 34)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: