ChanelMuslim.com – Sahabat Muslim, walau vitamin C baik untuk tubuh kita, tetapi tetap saja kita harus hati-hati dengan memperhatikan hal-hal penting sebelum mengonsumsi vitamin C.
Tidak sedikit orang yang mengeluhkan seperti tidak nyaman pada lambung setelah mengonsumsi vitamin C.
Baca Juga: CAPTAIN Men’s Care Luncurkan Hair Powder dengan Kandungan Aloe Vera, Vitamin C dan E
Hal Penting yang Harus Diperhatikan sebelum mengonsumsi Vitamin C
Nutrisionis Dr. Rita Ramayulis, DCN, M. Kes., pengurus DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) dan Ketua Indonesia Sport Nutritionists Association (ISNA) menjelaskan peran vitamin C sebagai zat gizi esensial yang dibutuhkan tubuh setiap hari dan harus didatangkan dari luar.
“Selain berperan sebagai antioksidan dan meningkatkan penyerapan mineral seperti kalsium dan zat besi, vitamin C memiliki lima peran spesifik terhadap imunitas.
Pertama, memindahkan neutrofil (sel darah putih yang membantu melawan infeksi) ke jaringan yang terinfeksi sehingga infeksi segera bisa diatasi. Kedua, mempercepat produksi sitokin sebagai bahan pesan utama untuk tubuh terinfeksi atau tidak.
Ketiga, mengaktivasi kerja sel darah putih dalam memakan bakteri atau antigen lainnya. Keempat dan kelima, mempercepat pertambahan jumlah sel B dan sel T (imunoglobulin) yang bertugas mengingat struktur virus tertentu.
Jadi intinya, di masa pandemi atau bukan, vitamin C berperan dalam pertahanan tubuh dan kita tidak boleh berada dalam kondisi defisiensi vitamin C,” papar Dr. Rita Ramayulis.
Namun, konsumsi vitamin C harus tepat dan tidak sembarang karena alih-alih memperkuat imunitas, ternyata pada orang tertentu justru bisa memicu permasalahan lain.
Berikut beberapa faktor yang penting untuk dicermati dalam memilih vitamin C yang layak dikonsumsi setiap hari.
Pilih yang aman untuk lambung
Pilihan mengonsumsi vitamin C dengan asupan suplemen untuk menjaga kesehatan secara umum setiap hari merupakan hal yang wajar dilakukan.
Tidak semua orang biasa atau suka makan sayur dan buah dalam jumlah yang cukup, atau kalaupun jumlahnya cukup, cara pengolahan atau kualitas makanan bisa mempengaruhi kandungan vitamin C di makanan tersebut.
Melihat permasalahan ini, HiC1000 pun hadir menjawab kebutuhan alternatif suplemen vitamin C drink dengan formula buffered vitamin C, serta tidak mengandung soda, sehingga tidak memicu risiko pada kesehatan pencernaan dan sistem-sistem lainnya di tubuh kita.
Baca Juga: Campuran Niacinamide dan Vitamin C untuk Kulit Amankah?
Hindari yang Bersoda dan Berpengawet
Selain kandungan pengikat asam askorbat ini, Dr. Rita Ramayulis memang menganjurkan kita juga untuk mewaspadai kandungan soda di beberapa suplemen vitamin C dalam kemasan. Penggunaan soda di vitamin C soda itu terjadi karena beberapa alasan, misalnya agar ada sensasi rasa, serta mengawetkan kandungan vitamin C itu agar lebih stabil.
“Berbeda dengan sparkling water, menambahkan air soda artinya memang menambahkan pengawet di dalamnya. Zat yang biasa ditambahkan itu seperti sodium bicarbonate, sodium sitrat, atau disodium fosfat.
Jika itu yang ditambahkan, memang bisa saja mengawetkan kandungan vitamin C, tetapi jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu oleh orang tertentu, beberapa jurnal kesehatan mengatakan dapat memengaruhi kesehatan pencernaan.
Biasanya muncul bermacam-macam gejala, mulai dari sembelit, perut tidak nyaman, bahkan diare. Dari perspektif keseimbangan gizi, ini jelas mengganggu, apabila pengikatnya disodium fosfat, maka fosfat berlebih akan mendorong kalsium keluar, dalam waktu tertentu ini berpengaruh pada kepadatan tulang, jadi perlu hati-hati mengonsumsinya,” jelas Dr. Rita Ramayulis dengan detail.
Mineral-mineral yang diikatkan ini seperti sodium bikarbonat, disodium fosfat, sodium sitrat, bahkan tambahan pengawet lain, seperti sodium benzoat dan potasium sorbat, dalam jumlah tertentu justru membuat pH lambung makin asam, artinya membuat vitamin C tersebut makin sensitif bagi orang yang memiliki gangguan asam lambung.
Selanjutnya Dr. Rita Ramayulis juga menambahkan bahwa makin sedikit campuran zat pengawet ataupun zat-zat pengikat lain tentu makin baik.
“Sebenarnya kan kita tidak memerlukan zat lain selain yang kita cari, apalagi jika ada efek negatif dari kelebihan kelebihan zat pengawet ataupun tambahan soda.
Kemudian, perhatikan juga dosisnya dan teknologi farmasi yang digunakan. Apakah keasamannya telah diolah agar lebih rendah. Itu semua perlu dipelajari agar kita bisa mengambil keputusan dengan tepat,” jelas Dr. Rita Ramayulis. [Cms]