ChanelMuslim.com – Ibnu Umar atau Abdulullah bin Umar tidak pernah ikut merebut dunia, jabatan tidak ada artinya bagi dirinya. Ia tidak perlu berebut dunia, karena dunia datang sendiri kepadanya dan merayunya.
Adakah di dunia ini yang lebih menarik dari jabatan khalifah? Berkali-kali jabatan itu ditawarkan kepada Ibnu Umar, tetapi ia tetap menolak.
Baca Juga: Kezuhudan dan Kesederhanaan Abdullah bin Umar
Jabatan Tidak Ada Artinya Bagi Abdullah bin Umar (1)
Bahkan ia pernah diancam, jika tidak mau menerimanya. Tetapi pendiriannya semakin teguh dan penolakannya semakin keras lagi.
Hasan r.a. pernah bercerita, “Tatkala Utsman bin Affan dibunuh orang, umat mengatakan kepada Abdullah bin Umar:
“Anda adalah seorang pemimpin, keluarlah, agar kami minta orang-orang baiat kepada anda!”
Ibnu Umar menjawab, “Demi Allah seandainya dapat, janganlah ada walau setetes darahpun yang tertumpah disebabkan daku!
Kata mereka pula, “Anda harus keluar! Kalau tidak, akan kami bunuh di tempat tidurmu!”
Tetapi jawaban Ibnu Umar tidak berbeda dengan yang pertama. Demikian mereka membujuk dan mengancamnya, tetapi tak satupun hasil yang mereka peroleh.!”
Dan setelah itu, ketika masa telah berganti masa dan fitnah telah menjadi-jadi. Ibnu Umar tetap merupakan satu-satunya harapan. Orang-orang mendesaknya agar bersedia menerima jabatan khalifah dan mereka akan bai’at kepadanya. Tetapi ia selalu menolak.
Penolakan itu menimbulkan masalah yang ditujukan kepada Ibnu Umar. Tetapi ia mempunyai logika dan alasan pula.
Setelah terbunuhnya Utsman keadaan semakin buruk dan berlarut-larut yang akan membawa bencana dan malapetaka.
Walaupun tidak mempunyai ambisi untuk jabatan khalifa tersebut, tetapi Ibnu Umar bersedia memiliki tanggung jawab dan menanggung resikonya. Namun dengan syarat, ia dipilih oleh seluruh kaum muslimin dengan kemauan mereka sendiri tanpa dipaksa.
Adapun jika bai’at itu dipaksakan oleh sebagian atas lainnya di bawah ancaman pedang. Maka inilah yang tidak disetujui oleh Ibnu Umar, dan ia menolak jabatan khalifah yang dicapai dengan cara seperti itu.
Dan ketika syarat tersebut tidaklah mungkin. Bagaimanapun kebaikan Ibnu Umar dan kekompakan Kaum Muslimin dalam mencintai dan menghormatinya.
Tetapi luasnya daerah dan letaknya yang berjauhan, ditengah kecamuk di antara Kaum Muslimin, menyebabkan mereka terpecah belah kepada beberapa golongan yang saling berperang dan mengangkat senjata.
Maka tidaklah mungkin tercapai konsensus dan persesuaian yang diharapkan oleh Ibnu Umar itu. Seorang laki-laki mendatanginya pada suatu hari, katanya, “Tak seorangpun yang lebih buruk perlakuannya terhadap umat manusia daripadamu!”
“Kenapa?” ujar Ibnu Umar. “Demi Allah, tidak pernah saya menumpahkan darah mereka, tidak pula berpisah dengan jama’ah mereka apalagi memecah kesatuan mereka. Andai kamu mau, tak seoranpun akan menentang.”
Jawab Ibnu Umar, “Saya tak suka kalau dalam hal ini seorang mengatakan setuju, sedang lainnya tidak.” [Ln]
Bersambung…