ChanelMuslim.com- Suami istri itu manusia. Keduanya tidak punya antena yang bisa disetel satu frekuensi. Jadi, wajar saja jika suami istri mengalami beda sinyal.
Kalau mau melihat dua manusia dalam satu hati, lihatlah suami istri yang selalu harmonis. Seolah keduanya berada dalam satu ide, satu rasa, satu langkah, dan satu selera.
Namun, tidak semua yang terikat itu menyatu seperti di atas. Banyak sebab hal itu bisa terjadi. Mungkin karena ikatannya yang perlu dikencangkan. Mungkin juga karena keduanya sama-sama manusia yang kadang “dinamis”, atau berpotensi berubah tergantung lingkungan.
Sejauh mana beda sinyal itu bisa terjadi? Sejauh dinamika lingkungankah, sejauh karena orangnyakah, atau sebab lain.
Boleh Jadi, Ada Godaan yang Tak Diinginkan
Beda sinyal tak selalu terjadi karena adanya gangguan badai. Sebaliknya, godaan pun bisa mengubah sinyal ke frekuensi lain yang tidak biasanya. Dan justru, godaan bisa lebih fatal merusak sinyal daripada terpaan badai.
Hal ini karena pukulan badai justru menguatkan kewaspadaan dan kesiagaan. Tapi godaan, akan melunturkan kehati-hatian, menumpulkan kepekaan, dan ujung-ujungnya akan mengabaikan tanggung jawab.
Jenis-jenis godaan bisa beraneka ragam. Bisa datang dari luar seperti terbukanya kesempatan hidup mewah. Pergeseran gaya hidup ini jika tidak diimbangi kekuatan ikatan suami istri, akan mencairkan sakralitas ikatan itu.
Logikanya, jika uang bisa menyediakan segala kebutuhan hidup, maka ikatan kebutuhan hidup pun bisa kendor. Termasuk ikatan suami istri. Seolah uang membuka banyak pilihan tentang pemuasan hidup yang hanya bisa didapat dari ikatan suami istri itu.
Lebih parah lagi jika pergeseran gaya hidup ini dibarengi dengan pelunturan komitmen terhadap nilai-nilai agama. Semoga Allah subhanahu wata’ala melindungi kita semua dari keburukan ini.
Namun tidak berarti bahwa bertambah atau berlimpahnya harta serta merta akan menggiring suami istri pada godaan beda sinyal ini. Probabilitasnya muncul dari keadaan hubungan suami istri itu sendiri.
Godaan kedua datang dari dalam diri suami istri itu sendiri. Sementara faktor eksternal hanya mengikuti keadaan itu saja. Yaitu, suami atau istri yang karena kelebihan fisiknya atau karena ruang lingkup kesibukannya memungkinkan munculnya tarikan-tarikan pihak luar untuk masuk kedalam ikatan itu.
Contoh, keadaan suami atau istri yang rupawan yang selalu menjadi pusat perhatian. Pihak-pihak luar yang terpesona akan mencari cara agar bisa merebut sinyal-sinyal itu untuk dialihkan ke mereka.
Contoh lain, keadaan suami atau istri yang aktivitas atau profesinya bersentuhan atau menjadi perhatian orang banyak. Di antara profesi atau aktivitasnya itu adalah artis, tokoh, organisatoris, dan sejenisnya. Hal ini karena interaksi dengan orang banyak akan memunculkan banyak godaan lawan jenis.
Keutuhan sinyal suami istri tidak mungkin bisa terbagi. Akan ada perubahan yang dirasakan suami atau istri jika pasangannya mengalami pecah sinyal.
Karena itu, ketika potensi godaan ini muncul, respon yang dimunculkan bukan saling memunculkan rasa curiga dan kesenjangan hubungan. Sebaliknya, justru harus melepas rasa curiga dan menguatkan kedekatan hubungan.
Hal ini untuk menjaga agar sinyal bisa tetap utuh dan selalu kuat untuk satu frekuensi yang tetap. [Mh/bersambung]