ChanelMuslim.com – H. Agus Salim, yang memiliki nama asli Masyudul Haq merupakan sosok yang sangat penting dalam misi meraih kemerdekaan Indonesia. Selain menguasai banyak bahasa seperti Belanda, Inggris, Arab, Jepang, Mandarin, Turki, hingga Perancis, kemampuan bicaranya yang mengagumkan serta menampakkan kecerdasan ini mampu meraih kedaulan pertamanya di negara Mesir.
Dalam persaksian A.R. Baswedan yang menemani Agus Salim ke Mesir, mengatakan “Siapa pun yang pernah bertemu dengan Haji Agus Salim dan bercakap dengan beliau pasti mengagumi intelek yang brilian ini… Begitu pula kesan dari orang-orang Mesir yang bertemu dengan beliau, padahal orang Mesir dikenal sebagai tukang ngobrol, ahli debat dan silat lidah. Asyik betul kalau kita mempunyai seorang ketua delegasi semacam ini.”
H.M. Rasjidi yang juga anggota delegasi juga mengatakan, “Haji Agus Salim sebagai seorang pemimpin Islam yang cerdas, berpidato tanpa teks dalam bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, dan Arab, dengan gaya humornya yang menarik, telah memikat hati rakyat dan Pemerintah Mesir.”
Baca Juga: Koto Gadang, Kampung Agus Salim Nan Mendunia
H. Agus Salim, Diplomat Ulung yang Menguasai Banyak Bahasa
Pembawaanya yang tenang serta humoris ini juga terlihat saat ia berhadapan dengan lawan-lawan politiknya ketika ia berpidato di pertemuan umum.
Sutan Sjahrir menceritakan, “Kami sekelompok besar pemuda, bersama-sama mendatangi rapat di mana Pak Salim akan berpidato, dengan maksud mengacaukan pertemuan itu.
Pada waktu itu Pak Salim telah berjanggut kambing yang terkenal itu, dan setiap kalimat yang diucapkan pak haji disambut oleh kami dengan mengembik yang dilakukan bersama-sama. Setelah untuk ketiga kalinya kami menyahut dengan “Me, me, me”, maka Pak Salim mengangkat tangannya seraya berkata,
“Tunggu sebentar. Bagi saya sungguh suatu hal yang sangat menyenangkan bahwa kambing-kambing pun telah mendatangi ruangan ini untuk mendengarkan pidato saya. Hanya sayang sekali bahwa mereka kurang mengerti bahasa manusia sehingga mereka menyela dengan cara yang kurang pantas.
Jadi saya sarankan agar untuk sementara mereka sekedar makan rumput di lapangan. Sesudah pidato saya ini yang ditujukan kepada manusia selesai, mereka akan dipersilakan masuk kembali dan saya akan berpidato dalam bahasa kambing khusus untuk mereka. Karena di dalam agama Islam bagi kambing pun ada amanatnya, dan saya menguasai banyak bahasa.
“Kami tidak tinggalkan ruangan, kata Sjahrir, “tetapi kami terima dengan muka merah gelak tawa dari hadirin lainnya. Kami ingin tahu apa lagi yang beliau bicarakan, makiin lama beliau bicara, makin asyk kami dengarkan. Tetapi beliau tidak dapat meyakinkan kami, dan sesudah peristiwa itu pun kami masih melawannya, tetapi tidak pernah lagi kami mencoba mencemoohkannya.”
Sumber: jejakislam.net