BELAJAR Islam dari Istanbul, Giza, hingga Nusantara. Islam itu damai. Ini bukan propaganda, tapi sejarah yang menceritakannya.
Berangkatlah ke Istanbul, Turki. Kamu akan menemukan sebuah bangunan megah bernama Hagia Sophia (bahasa Turki: Aya Sofia), yang didirikan ribuan tahun lalu.
Oleh: Nani Rahmani (Humas PP Salimah)
Pada awal pendiriannya, Hagia Sophia merupakan gereja paling megah di Konstantinopel, ibu kota kekaisaran Byzantium. Bangunan itu dihiasi emas, bertahtakan permata, lukisan mozaik, dan bermacam karya seni lainnya.
Hampir 1000 tahun berlalu. Tiba saatnya Konstantinopel diambil alih oleh kekhalifahan Islam di bawah kepemimpinan Sultan Mehmet II, yang dikenal dengan nama Muhammad Al Fatih. Hingga pada waktunya, kota itu diganti nama menjadi Istanbul.
Perhatikan apa yang dilakukan Sultan Al Fatih setelah memasuki kota.
Beliau turun dari kuda, lalu bersujud syukur kepada Allah Subhanahu wa taala, kemudian sang pemimpin menuju Hagia Sophia.
Sesampainya di sana, ia meminta pemimpin gereja untuk menenangkan penduduk, memerintahkan mereka kembali ke rumah masing-masing dengan jaminan keamanan dari Sultan.
Tak seorang pun boleh diganggu. Umat Kristen diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menjalankan ibadah.
Selanjutnya, Sultan memutuskan untuk menjadikan Hagia Sophia sebagai mesjid kota.
Baca Juga: Mengajak Anak untuk Belajar Islam ketika Ibu dan Ayah Berbeda Keyakinan
Belajar Islam dari Istanbul, Giza, hingga Nusantara
Tak ada pengrusakan terhadap arsitektur, interior maupun eksterior. Lukisan-lukisan bergambar wajah yang ada di dinding ditutup, dinding dihiasi dengan kaligrafi. Sedangkan patung-patung yang berwujud makhluk hidup dipindahkan.
Hingga kini bangunan megah beserta isinya masih terjaga, menjadi saksi di negeri pusat kekhalifahan, bahwa kekuatan Islam tidak menghancurkan.
Lanjutkan perjalanan kamu ke Giza, Mesir. Lihatlah piramida dan spinx yang hingga kini masih tegak berdiri. Mereka dipertahankan di negara berpenduduk mayoritas muslim.
Di negeri pemilik Universitas Al Azhar, sang pencetak ribuan ulama, peninggalan Fir’aun menjadi saksi bahwa kekuasaan Islam tidak menghancurkan.
Lalu, mari sejenak berkeliling ke Nusantara, di negara tercinta, Indonesia.
Bukankah banyak sekali candi dan kuil di sini? Peninggalan bersejarah itu tersebar hampir di seluruh pulau republik ini.
Mereka dibangun oleh raja-raja yang beragama Hindu, Budha, dan penganut kepercayaan lainnya, sebagai tempat ibadah.
Belajarlah dari sejarah. Perhatikan bagaimana Islam masuk dan menyebar di seluruh penjuru nusantara. Tanpa kekerasan, tanpa intrik licik, apalagi penjajahan. Dengan damai, Islam menjadi agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk.
Apa yang kemudian terjadi pada candi-candi peninggalan agama sebelumnya?
Ya, hingga kini, mereka masih berada di tempatnya. Terpelihara, di negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.[ind]
sumber: Telegram Sabil@, judul asli: Islam itu Damai