ChanelMuslim.com- Perjuangan tidak selalu bercerita tentang kepahlawanan. Ada sisi lain yang juga muncul. Dan kadang ini menjadi fitnah perjuangan. Yaitu, tentang rampasan perang atau jatah perjuangan.
Dakwah dan perjuangan boleh jadi bisa disimbolkan sebagai dua wajah dalam satu koin. Satu sisi ada dakwah. Di sisi lain ada perjuangan. Dakwah berisikan ilmu dan akhlak. Dan perjuangan berisikan keberanian dan pengorbanan.
Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, perjuangan diwujudkan dalam bentuk jihad fi sabilillah, atau perang di jalan Allah. Sejarah mencatat, selama kurun 10 tahun semasa Rasul tinggal di Madinah, kurang lebih ada 85 peperangan. Besar dan kecil. Ada yang diikuti Rasul ada yang tidak.
Tidak heran jika selama hidup bersama Rasulullah, para sahabat tampil dalam dua sisi. Ada yang terkenal sebagai dai dan ulama. Ada pula yang terkenal sebagai pejuang dan pahlawan.
Dua-duanya menorehkan prasasti besar tentang kemuliaan para sahabat. Tentang prestasi hebat mereka. Tentang kemuliaan dan pengorbanan mereka. Dan tentang ujian berat yang Allah berikan terhadap mereka melalui rampasan perang atau jatah perjuangan.
Allah subhanahu wata’ala mengabadikan itu dalam banyak ayat, di antaranya pada awal Surah Al-Anfal. Yas-aluunaka ‘anil anfaal. Mereka bertanya kepadamu (Ya Rasulullah) tentang rampasan perang.
Menariknya, ayat ini Allah tampilkan sebagai awal surah yang bernama Al-Anfaal, atau rampasan perang. Allah sebutkan ayat itu dalam bentuk fi’il mudhori’ yang berarti sedang berlangsung dan akan terus berlangsung.
Tentang rampasan perang ini pula yang pernah menjadi fitnah pertama dan terbesar dalam perjuangan generasi pertama umat ini.
Para sahabat radhiyallahum ajma’in tidak pernah bisa dicerai-beraikan dengan ancaman, dengan siksaan dan pembunuhan, bahkan dengan pengusiran. Tapi siapa sangka, mereka pernah hampir dikalahkan, bahkan nyaris pecah karena urusan jatah perjuangan.
Hal itu setidaknya pernah terjadi di Perang Uhud, di mana jatah perjuangan sempat meluluhkan ketaatan mereka kepada komando Rasulullah. Sebuah peristiwa sejarah yang nyaris membuat gugur Rasulullah.
Begitu pun dalam Perang Hunain. Perang yang saat itu sudah diikuti muslimin Mekah menghasilkan jatah perjuangan yang sangat berlimpah. Semua jatah itu Rasul bagi habis untuk muslimin Mekah, dan sedikit pun tidak diberikan untuk muslimin dari Madinah termasuk sahabat Muhajirin.
Karena sebab ini pula, hampir saja para sahabat pecah. Mereka seperti merasa bahwa Rasul tidak adil karena lebih mengutamakan “saudara” beliau yang dari Mekah daripada yang dari Madinah. Padahal mereka lebih senior, dan lebih banyak berkorban daripada yang dari Mekah.
Rasulullah berhasil meluruskan “kebengkokan” itu. Sebuah ucapan terkenal yang dilontarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam begitu membekas dalam hati mereka. Dan, meluluhkan syahwat terhadap jatah harta yang sebelumnya sempat melalaikan mereka.
“Apakah kalian lebih ridha pulang bersama hewan-hewan seperti yang kini diperoleh muslimin Mekah. Sementara, kalian pulang bersama Rasulullah?” Sontak, para sahabat dari Madinah menangis karena menyesal dan bersalah.
**
Inilah pentas perjuangan. Perang memang tidak ada. Tapi esensi perjuangannya tetap mengalir dalam gerak dakwah. Ada kerja keras di situ. Ada ujian kesabaran. Dan, ada pula ujian jatah perjuangan.
Sekali lagi sejarah mengingatkan, para mujahid memang tegar dalam ancaman, siksaan, dan kematian. Tapi, belum tentu dengan ujian jatah perjuangan.
Luruskan selalu niat perjuangan semata karena Allah. Dan selalu rapatkan barisan, dalam keadaan berbaik sangka sesama saudara mujahid dakwah.
Kalau setan menghembuskan pertanyaan tentang jatah perjuangan, katakanlah semuanya milik Allah dan Rasul. Tingkatkan takwa dan selalu dalam keadaan berbaik sangka sesama aktivis Islam. [Mh]