ChanelMuslim.com – Selain matahari, dalam surat yasin ayat 39, Allah juga menjelaskan bahwa benda langit lainnya, yaitu bulan juga telah ditetapkan garis peredarannya. Bulan memiliki penampakan yang berbeda-beda setiap malamnya karena telah ditetapkan manzilahnya.
Baca Juga: Bulan Sabit Merah Saudi Luncurkan Misi Haji untuk Pastikan Keselamatan Jamaah
Isi Surat Yasin Ayat 39
والْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
“Dan bulan, Kami tetapkan manzilah-manzilahnya hingga ia kembali bagaikan tandan kurma yang sudah tua.”
Dilansir channel telegram TAFSIR AL-QUR’AN yang mengambil sumber dari buku “TAFSIR SURAT YAASIN”, Ustaz Abu Utsman Kharisman, dijelaskan bahwa Allah menetapkan adanya manzilah-manzilah bagi bulan.
Manzilah itu adalah lintasan; orbit; atau perubahan posisi bulan terhadap matahari dan bumi. Tiap malam bulan berada pada manzilah yang berbeda, sehingga penampakannya di bumi juga berbeda-beda.
Siklus itu berjalan dengan waktu yang disebut manusia dengan 1 bulan. Awal bulan, berbentuk hilal penampakan bulan sangat lemah, bagai bulan sabit yang sangat kecil.
Malam berikutnya, ia berada pada manzilah yang lain, makin bertambah terang dan bulatannya semakin sempurna.
Pada pertengahan bulan jadilah ia bulan purnama yang terang dan bulatannya sempurna. Beranjak malam berikutnya, bulatan itu berkurang dan sinarnyapun berkurang.
Hingga menjelang berakhir periode bulan itu, ia kembali melemah seperti bulan sabit kecil yang melengkung yang disebutkan dalam ayat itu, bagaikan tandan kurma yang sudah tua. Tandan kurma yang sudah tua akan melengkung putih kekuningan.
Fase penampakan bulan itu sebenarnya mirip dengan fase tumbuh kembang manusia. Manusia dari masa kecil bayi adalah anak kecil tak berdaya. Kecil fisik dan kekuatannya, kemudian beranjak mengalami pertumbuhan menjadi anak, kemudian remaja.
Setelah itu menjadi dewasa. Setelah melalui usia dewasa, berangsur-angsur kekuatan fisik berkurang. Tubuh yang sebelumnya tegap menjadi bungkuk.
Pada ayat ini, Allah menyebutkan sifat al-qodiim pada makhluknya. Suatu sifat yang mengandung makna kekurangan, yaitu tua, kuno, dan semisalnya.
Oleh sebab itu, tidak benarlah ungkapan para Ahli Filsafat yang menisbatkan sifat al-Qodiim atau Qidaam kepada Allah, karena lafadz al-qodiim atau qidaam itu mengandung unsur kekurangan.
Baca Juga: Bulan Sabit Merah Saudi Luncurkan Misi Haji untuk Pastikan Keselamatan Jamaah
Sifat Allah adalah Sempurna
Sesungguhnya Sifat Allah adalah sempurna. Tidaklah dinisbatkan kepada Allah sifat yang mengandung unsur kekurangan.
Demikian juga dalam ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi yang shahih tidak ada penyebutan sifat qodiim bagi Allah.
Sifat Allah yang lebih tepat sesuai dengan lafadz ayat dan hadits adalah al-Awwal yaitu Yang Paling Pertama, tidak ada sesuatupun yang mendahuluinya. Sebagaimana disebutkan dalam ayat:
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dialah al-Awwal, al-Aakhir, adz-Dzhaahir, dan al-Baathin. Dan Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S Al-Hadiid ayat 3)
Sahabat Muslim, betapa besarnya kuasa Allah yang menunjukkan fase penampakan bulan yang berbeda-bda setiap waktunya. Seperti yang sudah dijelaskan dalam tafsir, hal ini mirip dengan fase perkembangan manusia.
Kita bisa mengambil pelajaran bahwa diri kita akan terus berkembang dan sampai akhirnya kita menjadi pribadi yang lemah. Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk sombong karena saat ini merasa memiliki pribadi yang kuat. [Cms]