SA`D bin Muadz pernah memanjatkan doa sebelum syahid. Beberapa hari kemudian, Madinah berada dalam pengepungan hebat. Sebenarnya, ini adaiah pilihan sendiri dengan adanya parit yang sebelumnya digali untuk melindungi dari serangan musuh.
Kaum muslimin sudah mengenakan pakaian perang mereka, Sa’d bin Muadz terlihat membawa pedang dan tombaknya sambil bersenandung,
“Berhentilah sejenak,
saksikanlah peperangan
Sungguh indahnya kematian jika ajai telah datang”
Ketika ia sedang berkeliling, sebuah anak panah musuh mengenai lengan Sa’d. Darah mengalir deras, namun segera dilakukan pertolongan percama untuk menghentikan aliran darah itu. Nabi memerintahkan agar ia dibawa ke masjid dan dibuatkan tenda khusus dekat masjid selama pengobatan agar beliau sewaktu-waktu bisa menjenguknya.
Baca Juga: Sa`d bin Ubadah dan Kaum Anshar Mempertanyakan Keadilan Rasulullah
Doa Sa`d bin Muadz sebelum Syahid
Sang tokoh muda itu dibawa ke masjid nabawi. Said menengadahkan pandangannya ke langit dan berdoa,
“Ya Allah, jika masih ada perang melawan kafir Quraisy, maka panjangkan umurku untuk peperangan karena aku sangat ingin memerangi mereka yang telah menyakiti Rasul Mu, mendustainya, dan mengusirnya. Jika sudah tidak ada petang melawan mereka, jadikan Iukaku ini sebagai jalan menuju syahid. Janganlah Engkau matikan aku sebelum aku melihat keputusan yang memuaskan terhadap bani Quraidhah.”
Engkau memang memiliki Allah, wahai Sa’d. Siapakah kiranya yang mampu mengucapkan kata-kata seperti ini dalam kondisi seperti ini, selain dirimu?
Dan, Allah telah mengabulkan doanya. Lukanya itu menjadi jalan kesyahidannya. la meninggal dunia sebulan kemudian, karena Iukanya itu, setelah ia mendapatkan keputusan yang memuaskan yang dialami bani Quraidhah.
Setelah pasukan Quraisy putus asa karena tidak juga bisa menyerang Madinah dan timbul keresahan dalam pasukannya, maka mereka pulang ke Mekah dengan membawa perbekalan mereka yang masih tersisa.
Rasulullah saw. melihat bahwa membiarkan orang-orang Yahudi bani Quraidhah tetap di Madinah sangat membahayakan, karena sewaktu-waktu, mereka bisa menusuk dari belakang.
Ini tidak boleh terjadi. Saat itulah, beliau memerintahkan kaum muslimin untuk bergerak ke bani Quraidhah. Maka, terjadilah pengepungan selama 25 hari.
Ketika orang-orang Yahudi itu melihat tidak ada jalan untuk lolos dari pengepungan kaum muslimin, maka mereka menyerah dan mengiba-iba kepada Rasulullah. Rasulullah menyerahkan urusan mereka kepada Sa’d bin Muadz, yang juga sekutu mereka di zaman sebelum Islam.
Rasulullah memerintahkan agar Sa’d bin Muadz di bawa ke tempat itu dari kemah tempat ia dirawat. Sa’d di bawa di atas unta meskipun sedang sakit.
Rasul berkata kepadanya, “Ambilah keputusan untuk bani Quraidhah. ”
Sa’d mengingat semua upaya pengkhianatan yang dilakukan bani Quraidhah yang berakhir dengan Perang Khandaq. Hampir saja penduduk Madinah musnah oleh pengkhianatan itu.
Sa,d berkata, “Menurutku, mereka yang ikut perang dijatuhi hukuman mati. Perempuan dan anak-anak menjadi tawanan dan hartanya menjadi harta rampasan perang.
Begitulah, sakit hatinya terhadap orang-orang bani Quraidhah terobati.
Luka Sa’d semakin hari semakin parah. Suatu hari, Rasulullah menjenguknya. Beliau melihat ajal Sa’d akan segera tiba, maka beliau meletakkan kepala Sa’d di pangkuannya, Ialu berdoa kepada Allah,
“Ya Allah, sesungguhnya, Said telah berjihad di jalan-Mu, mempercayai Rasul-Mu, dan melaksanakan tugasnya, maka termalah ruhnya dengan cara paling baik.”
Kata-kata Nabi itu membuat ruh yang akan berangkat menjadi tenang dan damai. Dengan susah payah, Sa’d akhirnya berhasil membuka matanya.
Di pengujung hidupnya ini, la ingin sekali melihat wajah Rasulullah. ia berkata, “Salam sejahtera untukmu, wahai Rasulullah. Aku benar-benar bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”
Rasulullah rnemandangi wajah Sa’d dan berkata, “Selamat berbahagia, wahai Abu Amr (Said).”
Abu Sa’id al-Khudri menceritakan, “Aku termasuk orang yang menggali makam untuk Sa’d. Setiap kami meng-gali satu lapisan tanah, kami mencium wangi kesturi hingga penggalian selesai”
Kaum muslimin Madinah sangat bersedih dengan kematian Sa’d. Akan tetapi, segera terobati dengan sabda Rasulullah, “Singgasana Allah bergetar dengan kematian Sa’d bin Muadz.
Inilah kisah mujahid yang syahid tidak di medan jihad, namun ia mendapatkan luka karena perang yang menyebabkannya meninggal. [Cms]
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Itihsom