KISAH Utbah bin Ghazwan, Walikota Basrah yang justru memerangi kemewahan. Tidak henti-hentinya ia memerangi pola hidup mewah dan berlebihan dengan segala kemampuannya hingga dibenci oleh mereka yang terlelap dalam godaan kesenangan dan hawa nafsu.
Utbah berpidato di depan mereka, “Demi Allah, scsungguhnya, aku adalah muslim ke-7.
Saat itu, kami berjuang bersama Rasulullah tanpa makanan sedikit pun. Hanya dedaunan pohon, hingga Iambung kami terluka.
Suatu hari, aku mendapatkan sepotong kain. Kain itu menjadi dua. Sepotong untuk Said bin Malik dan sepotong untukku.”
Baca Juga: Kisah-Kisah tentang Ilmu yang Mengangkat Derajat Seseorang
Kisah Utbah bin Ghazwan, Walikota Basrah yang Memerangi Kemewahan
Utbah menjauhi kesenangan duniawi untuk menjaga keimanannya, sebagaimana ia juga mengkhawatirkan hal yang sama terhadap kaum muslimin. Karena itu, ia selalu mengajak mereka untuk hidup sederhana.
Banyak pihak yang mencoba mempengaruhinya agar berubah dari pola hidupnya.
“Engkau ini seorang penguasa dan sudah selayaknya menikmati semua kesenangan duniawi. Seperti itulah yang dilakukan penguasa-penguasa terdahulu.
Masyarakat yang tinggal di sini juga terbiasa dengan gaya hidup mewah dan berpenampilan wah.” Inilah sebagian upaya mereka.
Namun, dengan tenang, Utbah menjawab, “Aku berlindung kepada Allah dari menjadi besar dalam urusan duniawi, tetapi menjadi kecil di mata Allah.”
Ketika masyarakatnya berat menerima pola hidup sederhana yang ia perjuangkan dengan gigih, ia berkata kepada mereka, “Besok akan ada para pemimpin lain menggantikanku.”
Musim haji pun tiba. la mewakilkan urusan kota Basrah kepada seorang temannya, lalu ia berangkat haji. Seusai melaksanakan haji, ia pergi ke Madinah menghadap Khalifah Umar.
Di sana, ia memohon kepada Khalifah untuk membebaskannya dari jabatan walikota. Akan tetapi, Khalifah tidak mengabulkan permintaannya.
Khalifah sangat membutuhkan orang-orang zuhud yang sama sekali tidak tertarik dengan urusan dunia, padahal kebanyakan orang mati-matian mengejarnya.
Khalifah selalu mengatakan kepada mereka, “Kalian letakkan tanggung jawab di pundakku, lalu kalian meninggalkanku sendirian? Demi Allah, aku tidak akan melepaskan kalian dari tanggung jawab ini.”
Jawaban itu juga yang diberikan kepada Utbah bin Ghazwan.
Utbah tidak mempunyai pilihan lain kecuali patuh pada perintah Khalifah. Maka, ia menaiki kudanya dan berangkat ke Basrah.
Sebelum berada di punggung kudanya, ia sempatkan menghadap kiblat, menengadahkan kedua tangan dan berdoa. Memohon kepada Allah untuk tidak dikembalikan ke Basrah dan jabatan walikota.
Ternyata doanya dikabulkan.
Dalam perjalanan menuju Basrah, ajal menjemputnya.
Ruhnya terbang menghadap Sang Pencipta dengan suka cita atas apa yang pernah ia perbuat; atas kezuhudannya; atas nikmat yang diterimanya; dan atas pahala yang disiapkan untuknya. [Cms]
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Itishom