ChanelMuslim.com- Di balik kesuksesan seorang anak biasanya ada orangtua yang menyertai. Begitu pula dalam kehidupan Imam Bukhari. Membuktikan Ibunda Imam Bukhari merupakan perempuan tulus dalam mengasuh dan mendidik putranya. Bahkan, meski ia sedih dengan kondisi kebutaan putra satu satunya itu.
Dukungan dan do’a orang tua yang tak kenal lelah. Inilah rahasia Ibunda Imam Bukhari wanita yang dipilih dan dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’alaa.
Imam Bukhari merupakan seorang ahli hadits yang termasyhur di antara para ahli hadits semenjak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi, Imam an-Nasa ‘i, dan Imam Ibnu Majah.
Bahkan, dalam kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits darinya memiliki derajat paling tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin Kaum Mukmin dalam Ilmu Hadits).
Baca Juga: Tips Menuntut Ilmu dari Imam Asy Sya’bi
Peran sang Ibunda dalam kesuksesan Imam Bukhari
Oleh Ustazah Dr Oki Setiana Dewi
Kesuksesan Imam Bukhari dalam bidang ilmu hadits sangat lekat dengan peran sang ibunda. Walaupun Imam Bukhari sudah menjadi yatim sejak kecil, namun ibunda membesarkannya dengan penuh kesabaran, kasih sayang, penerimaan positif, dan cinta.
Sang ibunda senantiasa memberikan semangat serta merupakan orang pertama yang mengalunkan doa tulus ketika Imam Bukhari menderita sakit mata.
Tak hanya dengan doa, sang ibunda juga mengupayakan kesembuhan putranya ke berbagai tabib.
Sewaktu kecil, Imam Bukhari pernah ditakdirkan untuk tidak dapat melihat dalam waktu sementara. Ada yang menyebutkan bahwa kebutaannya terjadi tidak lama setelah ia lahir.
Mungkin ini jalan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’alaa untuk melatih kekuatan ingatannya ssehingga menjadi sangat luar biasa.
Sebagaimana di kalangan orang buta, mereka biasanya memiliki ingatan yang sangat kuat karena matanya tidak ia gunakan untuk merekam hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa.
Akan tetapi, itu tidak membuat sang ibunda lelah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Ia berdoa siang dan malam. Kenyataan yang diterima sang anak membuat hati ibunya sangat pedih.
Justru hal itu mendorong sang ibunda untuk berdoa memohon kemurahan-Nya. Sang ibunda tiada lelah berdoa untuk memohon kesembuhan kepada Allah. Keikhlasan dan ketulusan doa sang ibunda pun terjawab.
Baca Juga: Cahaya Kemuliaan Sayyidah Khadijah Binti Khuwaylid
Do’a yang terkabul
Pada suatu malam, ibu Imam Bukhari bermimpi melihat Nabi Ibrahim As. yang mengatakan, “Hai Fulanah, sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa”.
Ternyata, pada pagi harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’alaa telah mengembalikan penglihatan putranya.
Kisah tersebut mempresentasikan betapa penerimaan tanpa syarat sang ibunda atas kebutaan sang putra di masa kecil merupakan perjuangan yang indah.
Melihat kekurangan dalam diri sang putra, ibundanya pun senantiasa memanjatkan doa. Selain itu, ia pun menjaga perasaan sang putra agar tetap optimis terhadap kesembuhan.
Rupanya, penerimaan positif tanpa syarat ini mampu mengundang pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Betapa bahagia hati ibunda Imam Bukhari melihat sang putra mampu melihat.
Wanita yang cerdas
Ibunda Imam Bukhari merupakan perempuan tegar dalam mengasuh dan mendidik putranya. Bahkan, meski ia sedih dengan kondisi kebutaan putra satu satunya itu.
Namun, ia tak pernah menyalahkan takdir. Ibunda Imam Bukhari memiliki hati yang tulus, lembut, dan bersih.
Meski ia harus menahan pedih hati saat melihat putranya buta, ia tetap mengupayakan kesembuhan putranya. Poin yang paling penting ialah ia menggantungkan harapannya tidak lain hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa.
Keshalihan ibunda Imam Bukhari ini menjadi tanda kematangan sikapnya dalam beragama. Ia memiliki sikap tawakal sekaligus raja ‘ (pengharapan) yang sangat luar biasa kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa.
Kualitas kecerdasan hati semacam inilah yang mampu membuatnya sukses membesarkan Imam Bukhari tanpa keberadaan sang suami. Sikap dari ibunda Imam Bukhari pada akhirnya selalu menjadi pelita bagi sang putra tercinta.
Kekhusyukan ibunda dalam berdoa dan keimanan yang tinggi merupakan kekuatan yang begitu besar.
Doa dan restu dari sang ibunda ini pula yang menjadikan Imam Bukhari dikenal sebagai perawi hadits yang terkenal sangat teliti.
Sifat wara ‘ (meninggalkan perkara syubhat, mubah yang berlebih-lebihan, juga yang masih samar hukumnya) dan keikhlasan dalam merelakan harta untuk pendidikan anak merupakan suatu langkah hebat yang dilakukan ibunda Imam Bukhari.
Dapat diambil kesimpulan bahwa ibunda Imam Bukhari merupakan salah satu tokoh utama di balik kesuksesan sang putra.
Doa kuat yang selalu dipanjatkan ibunda untuk kesembuhan mata anaknya sangat berpengaruh besar dalam proses pencarian dan penyebaran ilmu agama Islam Imam Bukhari.
Kesembuhan mata Imam Bukhari sekaligus menjadi bekal utamanya dalam menuntut ilmu. [Ind/Walidah].