ChanelMuslim.com – Dalam peristiwa pasukan Abrahah keesokan harinya, ribuan gajah dan bala pasukan pun berangkat dari Yaman menuju Makkah, tanah suci umat Islam.
Abrahah memimpin sendiri pasukan tersebut.
Ia menungganggi gajah yang terbesar di antara pasukan gajah tersebut. sementara Abrahah mengutus seorang utusan untuk menemui penguasa Makkah.
Saat itu, pemuka ternama Kota Makkah adalah kakek Rasulullah, Abdul Muthalib.
Baca Juga: Kisah Penyerangan Pasukan Abrahah
Kehancuran Abrahah
Allahlah yang melindungi rumah suci-Nya. Ketika pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah itu tetap duduk tenang,
bahkan akhirnya berusaha berjalan lagi ke arah Yaman. Abrahah geram dan terus memerintahkan pasukannya untuk mencambuk gajah-gajah itu agar menurut.
Namun, pasukannya kehabisan akal dan kelelahan menangani gajah yang menurut mereka telah terlatih tersebut.
“Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?” bentak Abrahah pada tunggangannya.
“Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seperti ini! Kamu bahkan tampak ketakutan! Ada apa sebenarnya?”
“Paduka! Ada yang datang dari arah laut!” teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.
Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat.
Burung-burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke arah pasukan gajah. Dengan panik setiap orang berusaha menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang, termasuk Abrahah, mati.
Peristiwa ini Allah abadikan dalam surat Al Fil:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?
Surah Al-Fil (105:1)
أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia?
Surah Al-Fil (105:2)
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,
Surah Al-Fil (105:3)
تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ
yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
Surah Al-Fil (105:4)
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ
lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
Surah Al-Fil (105:5)
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa burung itu adalah kuman kuman wabah penyakit cacar. Dalam beberapa hari saja, seluruh pasukan mati dengan tubuh rusak seperti daun dimakan ulat.
Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama setelah itu, ia pun mati seperti pasukannya.
Baca Juga: Kisah Penyembelihan Abdullah dan Abrahah
Abdullah dan Gadis Cantik
Sementara itu, Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor unta.
Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan. Kegagahan parasnya banyak menarik perhatian gadis-gadis Mekah.
Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah ditebus dengan 100 ekor unta, suatu jumlah yang luar biasa yang tidak pernah dialami seorang pun sebelumnya.
Walaupun banyak gadis yang berusaha menggodanya, kesopanan Abdullah tetap terjaga.
Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng tangan putranya menuju rumah Wahb bin Abdul Manaf.
Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah. Abdul Muthalib sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan putra-putri mereka.
Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur Abdullah, “Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah?”
“Aku akan pergi bersama ayahku.”
Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata, “Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak ubahnya seperti seekor unta yang akan disembelih.
Demi engkau, aku akan menerimamu jika engkau mau menikahi diriku sekarang juga.”
Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan gugup.
“Siapakah gadis ini? Pikir Abdullah, “dilihat dari pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pasti seorang gadis bangsawan.
Matanya yang hitam memancarkan sinar yang teduh seperti yang biasa dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan penuh kasih sayang. Apa yang harus kukatakan kepadanya?”
Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus melangkah dan tidak menggubris sang gadis .
“Aku bersama ayahku.” Aku tak kuasa menolak kehendaknya dan berpisah dengannya.
Aminah binti Wahb, merupakan keturunan Quraisy yang dikenal dengan sikapnya yang sederhana. Beliau lahir di rumah kuno Bani Zuhrah dan tumbuh dewasa di dekat Baitul Atiq (Ka’bah).
Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya. Hatinya dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang ditinggalkannya.
Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin Abdul Manaf. Mereka sepakat menjodohkan Abdullah dengan Aminah.
Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis yang kemarin. Abdullah menyapanya, “Mengapa engkau tidak menyapaku seperti kemarin?” tanya Abdullah.
Gadis itu menjawab dengan ketus, “Sinar berseri-seri yang kemarin kulihat pada wajahmu sudah tidak ada lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu!”
Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah sinar kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada putranya.
Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan memiliki putra yang kelak menjadi nabi.[ind/Walidah]
Bersambung