Chanelmuslim.com – Tak banyak yang tahu apa yang melatarbelakangi peristiwa 10 November 1945 yang akhirnya menjadi hari pahlawan.
Bermula dari pamflet yang disebar melalui pesawat tentara sekutu di Surabaya pada tanggal 9 November 1945. Pamflet itu berisi ultimatum Mayor Jenderal E.C. Mansergh agar seluruh kekuatan rakyat Surabaya menyerah tanpa syarat. Jika tidak mematuhi ultimatum itu, maka Surabaya akan dibombardir dari udara, laut, dan darat oleh tentara sekutu yang terdiri dari Inggris, Amerika, Belanda, dan lain-lain.
Ultimatum itu tidak membuat takut umat Islam di Surabaya. Pada tanggal 9 November itu, KH Hasyim Asy’ari sedang berada di Surabaya. Ia pun mengubah Resolusi Jihad yang ia suarakan pada tanggal 22 Oktober 1945 dengan penegasan sebagai berikut:
“Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja….”
Penegasannya menjadi, “”Bagi tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak (bersendjata ataoe tidak) jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari Soerabaja, Fardloe ‘ain hukumnya untuk berperang melawan moesoeh oentoek membela Soerabaja.”
Seruan jihad itu pun cepat menyebar ke berbagai daerah yang berjarak sekitar 94 km dari Surabaya, antara lain Mojokerto, Lamongan, Tuban, Pasuruan, Jombang, Malang, dan bahkan ke daerah-daerah yang lebih jauh seperti Probolinggo, Jember, Lumajang, Situbondo, Banyuwangi, Rembang, bahkan Cirebon.
Jutaan umat Islam yang terdiri dari ulama, santri dari berbagai pondok pesantren, barisan Hizbullah, dan berbagai organisasi tentara pelajar menyambut baik seruan jihad tersebut. Mereka pun bersiap di Surabaya.
Komandan pasukan sekutu yang dipimpin Mayor Jenderal E.C. Mansergh dari Inggris tidak menyangka perlawanan tersebut. Mereka menduga serangan tuntas tiga hari. Tapi, kenyataannya masih terus berkobar hingga tiga bulan. [Mh/berbagai sumber]