ChanelMuslim.com- Tanggal 23 Juli merupakan momen yang diperingatkan sebagai Hari Anak Nasional. Momen ini dicetuskan sebagai pengingat untuk bangsa dan negara. Bahwa, hak anak-anak bangsa ini sebagai tanggung jawab semua. Khususnya, para pengelola negara.
Amanat konstitusi menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Pasal 34 UUD 1945 ini sejatinya memberikan jaminan bahwa persoalan kemiskinan dan nasib anak-anak dari keluarga tidak mampu merupakan tanggung jawab negara. Tapi dalam kenyataannya, negara sudah terlalu sibuk dengan urusan lain yang menyedot energi.
Masa pandemi sejak empat bulan lalu kian memperparah keadaan itu. Data BPS menunjukkan bahwa pada bulan Maret saja jumlah rakyat miskin mencapai 26,42 juta orang. Diperkirakan, pada bulan ini angka itu melonjak hingga 12 persen atau sekitar 32 juta orang. Dan biasanya, kenyataan sesungguhnya bisa jauh melampaui data di atas kertas ini.
Angka-angka ini akan menjadi potret suram bagi wajah anak-anak bangsa ini. Karena keadaan anak-anak adalah cerminan dari keadaan sosial rakyat yang ada. Potret mereka akan sangat memprihatinkan dalam hal kelayakan tempat tinggal, potensi gizi buruk, hak mendapat pendidikan, kesehatan, lingkungan yang baik, dan pembinaan karakter yang sehat.
Sebagai gambaran, jika satu keluarga jatuh kian miskin, maka anak-anak mereka akan terkorbankan. Anak-anak mereka akan kehilangan kesempatan bersekolah karena persoalan biaya, begitu pun dalam soal lingkungan keluarga dan tempat tinggal yang kian jauh dari kelayakan. Termasuk, hilangnya kesempatan belajar dan bermain anak karena mereka terpaksa terjun ke dunia kerja.
Apa akibatnya? Bangsa dan negara akan kehilangan potensi generasi unggul dari lingkungan keluarga miskin ini. Padahal, suatu saat nanti, nasib bangsa dan negara akan terpikul kepada mereka. Bayangkan seperti apa potret bangsa dan negara jika hal itu menjadi kenyataan. Padahal keadaan kelak di masa mereka, jauh lebih berat dari keadaan generasi saat ini.
Islam mengajarkan bahwa anak merupakan investasi istimewa. Sebuah investasi yang bukan hanya akan menguntungkan keluarga, melainkan juga bangsa dan negara. Begitu pun dalam soal cakupan. Bukan hanya akan berdimensi dunia saat ini saja, melainkan juga untuk kebahagiaan akhirat kelak.
Bagi keluarga, tidak ada kata bekas untuk anak. Berbeda dengan status istri atau suami yang bisa menjadi bekas kalau terjadi perceraian. Tapi anak, mereka akan selama-lamanya menjadi anak keluarga itu. Hingga kehidupan di akhirat kelak.
Bagi bangsa dan negara, anak-anak saat ini akan menjadi pengganti para pemimpin bangsa dan negara ini. Jangan sampai, di saat para pemimpin saat ini telah uzur, para pengganti mereka bukan melindungi dan melayani, justru akan menyusahkan dan menyiksa kehidupan masa tua mereka.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya di Surah Annisa ayat 9,
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Namun begitu, sejatinya hal istimewa untuk anak tidak bergantung pada momen hari tertentu. Karena seluruh hari, selama orang tua masih berdaya, merupakan momen istimewa anak kita. Karena merekalah investasi istimewa keluarga dan bangsa.
Selamat Hari Anak Nasional. Selamat menunaikan investasi istimewa kita. (Mh)