ChanelMuslim.com – Pada satu kesempatan saya berbicara tentang persepsi muslimah mengambil peran dalam dakwah dan politik.
Dalam ayat Al Quran Surat 3:104-110 yang berbicara tentang dakwah
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia karena kamu menyuruh untuk berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah”
Dan surat 4: 124 berbicara tentang Dakwah merupakan suatu kebutuhan
“Dan barang siapa yang mengerjakan amal kebajikan baik laki-laki maupun perempuan mereka itu akan masuk kedalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun “.
Baca Juga: Model Muslimah Berhijab Jadi Editor Majalah Vogue Skandinavia
Persepsi Muslimah, Politik dan Dakwah
Salah satu indikasi keberhasilan dari Dakwah adalah ketika suami istri bekerja dalam dakwah bagaikan seekor burung yang mengepakan sayapnya terbang menjulang tinggi. Artinya disini, seorang suami adalah sayap yang satu, sedangkan si istri sayap yang satunya lagi. Terbang selaras menepakan sayapnya. Ketika salah satu dari sayapnya patah maka tak mampu terbanglah burung itu.
Pada faktanya perempuan Indonesia, dalam bidang pendidikan misalnya hanya 1,33% perempuan Indonesia yang mengenyam pendidikan S1 ke atas, 66,3% berpendidikan SD sampai SMA dan 33,3% tidak tamat SD, sungguh memilukan. Sementara dalam Muslimah Dakwah Politik hendaknya seorang muslimah belajar memiliki ketajaman instituisi dalam politik, melakukan pengayaan tsaqofah (wawasan), meningkatkan kemampuan membaca peta dakwah (membuat analisa SWOT), membuat perencanaan penyusunan strategi dan lain sebagainya.
Seorang kader sejati adalah seorang yang memiliki kemampuan berdialog dengan yang lain sehingga yang diajak berdialog itu nyaman duduk bersamanya hatta itu seorang musuhnya sekalipun. Dan yang perlu diingat janganlah seorang muslimah keluar rumah (maksudnya beraktivitas dakwah diluar rumah) sebelum keadaan dirumah sudah termanage dengan baik, sebelum anak-anak mampu membaca al Qur’an dengan tangannya sendiri.
Selalu usahakan dan biasakan diri serta mengkondisikan keluarga, khususnya anak-anak, agar selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an. ”Qur’an itu yasiru fii jasadil ummah. Penggerak di tubuh umat. Ia adalah energi yang membuat kita mampu, bahkan harus selalu bergerak. Al-Qur’an hadirkan ketenangan di hati, dan jika hati kita sehat tentu fisik menjadi sehat, segar, dan kelelahan yang ada tidak lagi kita rasakan” paparnya.
“Apalagi kita sebagai ibu, harus dipastikan bahwa penguasaan pertama yang dimiliki anak adalah penguasaan terhadap Al-Qur’an. Untuk itu harus dimulai dari kita, ibunya. Harapannya semangat ini akan terus mengalir, tetap lestari sampai anak cucu kita nanti” imbuhnya.
Ia kemudian memberikan motivasi agar muslimah tidak membatasi diri dengan paradigma sempit bahwa rutinitas pekerjaan domestik menjadi penghambat produktivitas amal dan dakwah kaum ibu. “Kita sebagai wanita harus kreatif. Jangan bayak mengeluh, kerjakan apa yang bisa dikerjakan. Minimal kita pastikan di mana kita hidup dan tinggal tinggal tidak ada yang tidak bisa membaca Qur’an. Kita sebagai ibu, harus mampu mengelola sumber daya menjadi potensi yang besar yang siap kita panen. Sumber daya itu tak lain adalah anak-anak kita. Selalu dampingi, ajari, jadilah pejuang sejati yang bisa dicontoh anak-anak kita. Semua dimuali dari berpikir besar, bahwa ketika mendidik anak tidak sekedar memenuhi kebutuhan duniawi, tapi lebih dari itu, kita sedang menyiapkan generasi yang akan berperan dalam sebuah bangunan peradaban Islam. Setelah memahami peran ini, kita buah perencanaan, step by step. Tidak bisa instan jika mau berhasil. Jangan lupa berdoa pada Allah karena anak adalah milik-Nya yang dititipkan pada kita, semoga dilembutkan hatinya dalam menerima wahyu dan terus diberi semangat untuk dekat dengan Qur’an.”