ChanelMuslim.com- Amerika menjadi sorotan dunia dalam soal wabah covid-19. Bukan karena prestasinya, tapi karena angka positif dan tingkat kematian yang begitu fantastis. Di tengah situasi miris itu, sosok Dokter Anthony Fauci kerap tampil sebagai lawan dari Presiden Trump yang berbeda seratus delapan puluh derajat.
Lahir di Brooklyn, 24 Desember 1940, Anthony Fauci bukan orang baru di jajaran pejabat tinggi Gedung Putih urusan wabah penyakit menular di AS. Direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) ini menjabat posisi itu sejak tahun 1984. Sejak itu, sudah 6 presiden yang ia dampingi untuk urusan wabah dan penyakit menular. Wabah tersebut seperti HIV, SARS, flu burung, fulu babi, Zika, dan Ebola.
Dari sekian presiden itu, hanya yang terakhir yang membuat peraih dokter dari Cornell University Medical College ini bekerja lebih berat. Bukan berat karena jenis pekerjaannya, melainkan karena sosok presidennya yang selalu berseberangan dengannya.
Trump pernah membuat tagar untuk menyerang Fauci: #FireFauci. Tapi, Fauci menanggapinya dengan tenang. Sepertinya ia paham betul karakter Trump yang hanya pandai menggertak. Dan kenyataannya, ancaman Trump itu tak pernah menjadi kenyataan.
Hal ini karena Fauci memiliki posisi lebih kuat di banding Trump dalam soal penanganan wabah. Posisi itu ia peroleh dari kepercayaan rakyat Amerika yang mempercayai kepiawaian dan keuletan Fauci yang terbukti dalam soal wabah.
Di usia yang hampir 80 tahun, Fauci tetap cerdas menangkis kebijakan Trump yang cenderung kacau dalam soal wabah covid ini. Beberapa kali, Trump mengklaim sudah saatnya Amerika menyudahi ketatnya strategi terhadap covid ini.
Terakhir, Trump menyatakan akan membuka sekolah dalam waktu dekat. Menurutnya, wabah covid-19 berbahaya hanya untuk orang tua. Bukan anak-anak. “Wabah ini menyerang orang tua dan yang berpenyakit. Tapi tidak demikian dengan anak-anak. Lihat saja statistiknya. Benar-benar menakjubkan,” ucap Trump di hadapan media.
Menanggapi itu, Fauci yang juga sebagai anggota utama gugus tugas penanganan wabah covid-19 ini mengatakan, “Penting untuk tidak menjadi angkuh dan berpikir bahwa anak-anak kebal dengan dampak buruk penyakit itu.”
Fauci bahkan menyatakan bahwa angka kematian di AS akibat covid ini jauh lebih besar dari angka resmi yang diumumkan. Saat ini, Worldometer mencatat jumlah positif covid di AS sudah mencapai 1,5 juta orang lebih dengan kematian mencapai 90.113 orang.
Trump pernah mengklaim bahwa obat wabah ini sudah ada, yaitu hidroksiklorokuin dan sempat heboh di Indonesia untuk dicoba sebagai alternatif pengobatan. Tapi, hal itu disangkal Fauci. Menurutnya, belum ada bukti yang menyatakan bahwa obat malaria itu bisa mengobati covid.
Dalam kesempatan yang berbeda, Trump pun pernah sesumbar bahwa dalam satu tahun ini sudah tersedia vaksin untuk menangani wabah covid ini. Lagi-lagi, Fauci menyangkal itu. Begitu pun klaim Trump bahwa virus sudah akan hilang pada perayaan Paskah lalu. Dan lagi-lagi, Fauci memberikan sangkalan klaim itu. Terbukti, bahwa apa yang diungkapkan pakar virus ini lebih benar dari politisi seperti Trump.
Cara Fauci memberikan pernyataan yang begitu tenang walaupun berlawanan dengan Trump justru mendapat simpati publik di Amerika. Sebegitu menariknya, bahkan sosok Anthony Fauci direncanakan akan menjadi peran utama dalam film Hollywood yang akan digarap setelah wabah ini usai.
Ketika CNN bertanya siapa aktor yang paling cocok memerankan sosoknya, Fauci menjawab pendek, “Brad Pitt.”
Dan ternyata, Pitt benar-benar mewujudkan jawaban Fauci. Dalam sebuah acara Saturday Night Live, aktor berusia 56 tahun itu tampil dengan setelan jas dan dasi khas Fauci, beserta kaca mata kotak dan rambut yang seluruhnya tertutup uban.
Disengaja atau tidak, kegelisahan Trump yang seolah mewakili warga AS untuk secepat mungkin membuka isolasi akibat wabah covid ini menjadikan rakyat Amerika terbelah dua kubu: yang ingin tetap memberlakukan isolasi dan yang ingin menyudahi.
Hal tersebut tak luput dari momen politik yang sebentar lagi akan berlangsung di AS. Yaitu, ajang pemilihan presiden yang akan berlangsung pada bulan November mendatang. Kubu yang ingin menyudahi isolasi dipimpin Partai Republik di mana Trump sebagai presidennya dan kubu tetap berada di rumah dipimpin oleh Partai Demokrat yang kini menjadi oposisi.
Kesemrawutan penanganan kesehatan dengan cara politis itu kian terasa di beberapa negara bagian di AS. Mahkamah Agung Wisconsin membatalkan perintah untuk tetap tinggal di rumah yang dikeluarkan oleh Gubernur Demokrat Tony Ever. Hakim menyatakan aturan itu melanggar hukum. Keputusan ini menjadi kemenangan bagi anggota legislatif di negara bagian yang dipimpin Partai Republik tersebut.
Di negara bagian lain yang dikuasai oleh partai berjulukan Grand Old Party (GOP) itu, seperti Texas dan Georgia, ruang publik dan bisnis telah diizinkan dibuka kembali. Protes anti-lockdown terjadi di beberapa wilayah.
Yang paling parah ketika para pendemo di Michigan dengan membawa senjata laras panjang masuk ke gedung DPRD. Kejadian itu berubah menjadi teror yang menakutkan bagi para pembuat undang-undang di negara bagian tersebut.
Alih-alih mengecam kejadian tersebut, Presiden yang lahir pada 14 Juni 1946 di New York ini malah menyuarakan dukungan. Ia menulis cuitan: Liberate Michigan atau kebebasan warga Michigan. (Mh/sumber: katadata.co.id)