ChanelMuslim. com – Muslim diwajibkan mengonsumsi makanan halal sesuai aturan Islam. Sehingga hewan pun perlu disembelih dan diolah dengan tata cara tertentu. Namun apakah penerapan prosedur halal membuat makanan lebih sehat?
Makanan halal disesuaikan dengan kriteria agama yang mengatur segala sesuatunya. Mulai dari bagaimana hewan diberi makan, dibesarkan, disembelih sampai diolah untuk konsumsi. Ini tentunya berbeda dengan makanan tidak halal.
Makanan halal juga tidak boleh mengandung babi dan produk daging babi. Termasuk gelatin dan shortening. Begitu juga dengan penggunaan alkohol.
Berdasarkan laporan Time (30/07), Rasheed Ahmed selaku pendiri Muslim Consumer Group (MCG) yang mensertifikasi sekaligus mendidik muslim tentang makanan halal, mengatakan bahwa agar makanan benar-benar halal maka perlu memperhitungkan bagaimana hewan dibesarkan. Hewan harus diberi makan vegetarian, yang mana banyak ayam dan sapi di peternakan Amerika Serikat tidak memenuhi syarat. Sebab beberapa pakan mengandung produk hasil sampingan hewan.
Hewan halal juga tidak bisa diberi antibiotik atau hormon pertumbuhan. Karena hormon mungkin mengandung bahan berbasis babi.
Penyembelihan hewan harus dilakukan oleh seorang muslim sambil menyebut nama Allah. Prosedurnya dilakukan dengan tangan, bukan mesin. Ketika sudah mati, darah hewan harus dialirkan seluruhnya. Sebab umat Islam tidak mengonsumsi darah segar hewan.
Ahmed mengaku bahwa kriteria untuk sertifikasi yang dilakukan MCG lebih ketat daripada tempat lainnya. Contoh, MCG tidak akan mensertifikasi ikan yang diternak karena tidak jelas apakah ikan diberi makan produk sampingan hewan. Hanya ikan liar hasil tangkapan yang akan diberi sertifikat halal sesuai standar MCG.
Beberapa orang percaya penanganan hewan sesuai kriteria halal membuatnya lebih sehat. Tapi Carol O’Neil, profesor nutrisi dan ilmu makanan di Louisiana State University Agricultural Center, mengatakan bahwa belum ada penelitian yang membuktikan kebenaran itu.
Departemen Pertanian Amerika Serikat yang berfungsi sebagai referensi untuk kandungan gizi makanan, juga tidak memisahkan informasi gizi daging halal ataupun daging kosher dari daging lainnya.
“Sulit untuk mengetahui apakah ada jenis perbedaan gizi. Tidak ada penelitian yang dilakukan untuk melihat apakah berbeda kadar kolesterol orang yang mengonsumsi daging halal, atau sesuatu seperti itu. Kami tidak tahu,” ucap Carol, seperti dilansir dari Time (30/07).
Namun Carol menyebut bahwa praktik halal mungkin lebih manusiawi bagi hewan. Sehingga bisa membuat perbedaan bagi sebagian orang.
“Agama kami tidak memperbolehkan memberi tekanan pada hewan. Jadi kami memperlakukannya semanusiawi mungkin, jelas Ahmed.(Halal Corner, diposting di laman facebook)