BAGAIMANA cara menjadi ayah yang baik bagi anak laki-laki? Seperti diketahui, anak laki-laki perlu belajar menjadi laki-laki dari ayahnya.
Kelak mereka akan menjadi pemimpin dalam rumah tangganya. Mereka belajar menjadi pemimpin yang adil dan bijak dalam segala hal.
Mereka harus punya teladan yang mengajarkan kepada mereka bagaimana menyelesaikan setiap persoalan dalam hidup.
Baca Juga: Mohon Selalu Hidayah agar Tak Salah Langkah
Cara Menjadi Ayah yang Baik bagi Anak Laki-Laki
Berikut adalah beberapa tips untuk menjadi ayah yang baik bagi putra Anda:
1. Anak laki-laki tidak mengerjakan pekerjaan rumah
Masyarakat tradisional membagi pekerjaan berdasarkan gender feminin dan maskulin. Laki-laki dilarang ke dapur dan anak perempuan tidak perlu belajar tinggi-tinggi.
Namun, nampaknya anggapan seperti itu tidak lagi berlaku dalam masyarakat sekarang. Baik laki-laki maupun perempuan harus mumpuni dalam beragam keterampilan, apalagi keterampilan hidup seperti memasak, mencuci, dan merapikan rumah.
Karena bahkan pekerjaan rumah tangga yang dianggap remeh itu jika ditekuni bisa menjadi sebuah profesi yang menjanjikan.
Selain itu melakukan pekerjaan rumah tangga akan melatih motorik anak, ketika mereka beranjak besar akan melatih mereka untuk memanajemen waktu dan membangun rasa empati dalam diri mereka.
Jadi jangan larang anak laki-laki Anda untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
2. Bicara dengan mereka
Entah kenapa, banyak ayah yang mempunyai kesulitan membangunt hubungannya dengan anak laki-laki mereka.
Ayah hampir tidak pernah mengekspresikan dirinya di hadapan anak-anak. Anak laki-laki pun akhirnya hampir tidak pernah didorong untuk mengungkapkan perasaannya.
Ini menyebabkan mereka mengubur perasaan mereka dan menciptakan kepribadian introvert yang terlihat tangguh dari luar dan merasa tidak nyaman mengekspresikan emosi.
Kehadiran sosok yang lebih tua dan kuat dalam kehidupan mereka dapat membantu mereka menemukan kedewasaan dalam cara mereka berpikir.
Mampu membantu anak-anak menilai kekuatan dan kelemahannya sendiri yang nantinya membantu mereka untuk menangani penyelesaian masalah secara konstruktif.
3. Kesalahan adalah bagian dari pembelajaran
Laki-laki tidak boleh melakukan kesalahan sepertinya menjadi sebuah stigma bagi kepemimpinan laki-laki. Hal ini membuat laki-laki bersikap hati-hati dalam setiap pengambilan keputusan.
Namun yang sebaiknya diingat, orang yang terlalu berhati-hati hampir tidak pernah melakukan hal-hal yang spektakuler dalam hidupnya.
Kita harus melihat kesalahan sebagai sebuah pembelajaran. Tidak ada bayi yang langsung bisa berjalan. Semua membutuhkan proses.
Kesalahan hanyalah sebuah proses menuju kesempurnaan, karena orang yang cerdas akan banyak belajar dari kesalahan-kesalahannya.
Bersikap berhati-hati itu perlu untuk bisa mengkalkulasi sebuah kegagalan. Berhati-hati bukan berarti takut melakukan kesalahan dan akhirnya tidak bergerak maju sama sekali.
Hal-hal seperti inilah yang sebaiknya ditanamkan ke dalam benak dan kebiasaan anak-anak.
4. Menghormati perempuan
Sikap dan perlakuan Anda terhadap perempuan sangat menentukan cara pandang putra Anda. Putra Anda akan mempunyai pakem-pakem sendiri mengenai perlakuan mereka kepada perempuan.
Hal yang harus ditanamkan adalah perkataan Rasulullah tentang sebaik-baiknya lelaki adalah yang paling baik akhlaknya kepada istrinya (perempuan).
Kebanyakan orangtua menghindari pembicaraan tentang seksualitas kepada anak-anak mereka. Padahal anak harus belajar tentang siapa mereka dan bagaimana bersikap dengan lawan jenis.
Berbicara tentang topik seksualitas tidak melulu berbicara tentang seks tapi lebih jauh tentang identitas mereka, sebagai laki-laki atau perempuan.
Topik seksualitas akan menguatkan pribadi mereka sesuai dengan gendernya. Anak laki-laki akan mengerti mengapa Alla menciptakan mereka sebagai pemimpin perempuan.
5. Pengetahuan praktis
Banyak hal yang berkaitan dengan keterampilan praktis yang bisa diajarkan kepada anak laki-laki. Selain pekerjaan rumah tangga, mereka perlu untuk belajar tentang manajemen keuangan termasuk tentang membayar tagihan-tagihan seperti listrik, gas, PAM atau tentang menghitung zakat.
Ayah bahkan bisa mengajak putranya untuk melakukan hobinya bersama-sama seperti otomotif, mendaki, berkuda dan lainnya. [Maya/Cms]